Gelandang Manchester United, Christian Eriksen, akhirnya buka suara mengenai performa timnya yang masih belum stabil di bawah arahan pelatih Ruben Amorim. Menurut Eriksen, inkonsistensi ini merupakan dampak dari proses perubahan besar yang sedang diterapkan oleh juru taktik asal Portugal tersebut.
Ruben Amorim telah menukangi Manchester United selama 13 bulan, sejak resmi ditunjuk pada akhir 2024. Perjalanan Amorim di Old Trafford jauh dari kata mulus, ditandai dengan grafik performa yang kerap naik turun. Dalam 61 pertandingan di semua kompetisi, Amorim mencatatkan 25 kemenangan, 13 hasil imbang, dan 23 kekalahan. Meski Setan Merah mampu mencetak 120 gol, lini belakang mereka rapuh dengan kebobolan 112 gol selama era kepemimpinannya.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Hingga Senin, 29 Desember 2025, Manchester United masih tertahan di peringkat keenam klasemen sementara Premier League. Mereka mengumpulkan 29 poin dari 18 pertandingan, terpaut tiga angka dari Liverpool yang menempati posisi keempat.
Eriksen Ungkap Tantangan Adaptasi Sistem Baru
Christian Eriksen menjelaskan bahwa akar masalah inkonsistensi tim terletak pada filosofi dan pendekatan Amorim yang berbeda dari kebiasaan lama United. Hal ini menuntut adaptasi besar, baik dari segi sistem, peran pemain, maupun gaya bermain secara keseluruhan.
“Ya, ia datang dengan ide-idenya. Ia mencoba mengubah banyak hal seperti yang masih Anda lihat, mencoba untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,” kata Eriksen kepada The Times, seperti dikutip dari Goal. “Pemain tertentu untuk posisi tertentu, untuk gaya bermain tertentu, itulah cara dirinya melihat kesuksesan. Ia harus banyak berubah karena para pemain tidak terbiasa dengan sistem itu. Selain itu, secara historis, United selalu menyukai sistem yang berbeda.”
Gelandang asal Denmark itu menambahkan bahwa pelatih baru memang membutuhkan waktu untuk menanamkan idenya. Tidak semua pemain terbiasa dengan sistem yang diinginkan Amorim, sehingga proses transisi berjalan cukup menantang.
Ruang Ganti Tetap Kondusif di Tengah Tekanan Eksternal
Di tengah hasil yang belum konsisten, Manchester United terus menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak, mulai dari mantan pemain, pengamat, hingga suporter. Namun, Eriksen menegaskan bahwa situasi di dalam tim jauh dari kesan kacau. Menurutnya, ruang ganti United justru berada dalam kondisi yang relatif stabil dan penuh kebersamaan.
Para pemain disebutnya berusaha menjaga suasana kekeluargaan di tengah tekanan besar. Lingkungan internal yang terlindungi menjadi salah satu hal penting agar tim tetap fokus pada pekerjaan mereka di lapangan.
“Suara bising itu tidak berasal dari dalam. Di sekitar tempat latihan dan sebagainya, kami cukup terlindungi, berusaha merasa seperti keluarga, dan saya rasa kami berhasil,” klaim Eriksen. “Tetapi di luar, ada banyak pengamat, mantan pemain United, yang memiliki opini, begitu juga para penggemar. Jadi jelas suara bising di luar—itu memberi banyak tekanan pada Anda. Dari dalam, lebih seperti jika Anda bisa mengabaikan semua hal lain, saya rasa Anda akan mampu meraih kesuksesan.”






