Progres Chelsea di bawah asuhan pelatih Enzo Maresca kembali menghadapi tantangan setelah menelan kekalahan mengecewakan di Stamford Bridge. Keunggulan yang sempat dikuasai dengan nyaman justru berakhir dengan kekalahan, menambah daftar masalah yang belum terpecahkan bagi The Blues.
Dalam laga lanjutan Premier League melawan Aston Villa pada Sabtu, 27 Desember 2025, Chelsea gagal memaksimalkan dominasi permainan mereka. Situasi ini kembali memicu pertanyaan tentang kemampuan tim dalam mengelola pertandingan, terutama saat berada di atas angin.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Chelsea Kehilangan Kendali Setelah Unggul
Chelsea memulai pertandingan dengan positif dan tampil dominan di babak pertama. Mereka pantas unggul sebelum jeda, sekaligus membatasi ancaman Aston Villa dari permainan terbuka.
Namun, situasi berubah drastis selepas turun minum. Chelsea gagal menggandakan keunggulan dan perlahan kehilangan kontrol atas jalannya laga. Perubahan momentum semakin terasa setelah pelatih Aston Villa, Unai Emery, melakukan tiga pergantian pemain yang membuat tim tamu tampil lebih agresif dan sulit diimbangi.
Titik balik pertandingan terjadi ketika Ollie Watkins mencetak gol penyeimbang sebagai pemain pengganti, sebelum memastikan kemenangan lewat gol keduanya di menit-menit akhir pertandingan.
Steve Nicol Soroti Peran Gelandang Inti
Kritik tajam datang dari mantan bek Liverpool, Steve Nicol, yang berbicara di ESPN. Ia menilai alasan usia muda tidak lagi relevan untuk menjelaskan inkonsistensi Chelsea.
“Saya tidak suka alasan bahwa Chelsea itu tim muda. Sanchez berusia 27 tahun, Cucurella 28, dua gelandang tengah mereka 24 tahun tapi punya pengalaman seperti siapa pun,” kata Nicol.
“Reece James 26 tahun, jadi bagi saya alasan muda itu sudah tidak berlaku. Pada akhirnya, terutama Enzo Fernandez dan Moises Caicedo di lini tengah, semuanya berawal dari mereka,” tegasnya.
Nicol menegaskan masalah paling terlihat justru muncul saat Chelsea sudah unggul. Menurutnya, kurangnya otoritas dan manajemen pertandingan dari duet gelandang tersebut membuat lawan kembali masuk ke permainan.
“Inti tim adalah dua pemain itu , dan menurut saya merekalah yang harus mengatur segalanya di depan dan di belakang mereka saat unggul, menghentikan lawan bermain, lalu mengamankan hasil. Anda bermain bagus, unggul, tapi kemudian Anda harus cerdas,” tambahnya.
Tanggung Jawab yang Tak Bisa Ditunda
Kritik terhadap Enzo Fernandez dan Moises Caicedo menyentuh inti identitas Chelsea di era Maresca. Keduanya direkrut sebagai fondasi jangka panjang yang diharapkan mampu mengatur tempo sekaligus melindungi lini belakang. Namun, dalam beberapa musim terakhir, Chelsea kerap kesulitan memperlambat permainan saat tekanan meningkat, situasi yang kembali terulang saat mereka gagal mempertahankan keunggulan tipis.
Bagi Nicol, latar belakang dan pengalaman di level klub maupun internasional menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari kedua pemain tersebut. Menurutnya, kecenderungan Chelsea untuk terus bermain terbuka meski sedang unggul justru berulang kali membuat mereka rentan.
Pengalaman Enzo dan Caicedo
Lebih lanjut, Steve Nicol juga menekankan pengalaman yang dimiliki keduanya seharusnya cukup untuk mengambil keputusan tepat di momen krusial.
“Mereka juara Piala Dunia Antarklub, mereka juara Eropa. Berapa banyak pengalaman lagi yang dibutuhkan? Maresca harus mengendalikan mereka, berbicara, dan memastikan saat tim unggul, mereka melakukan hal-hal tertentu di waktu tertentu,” lanjut Nicol.
“Tidak bisa terus bermain lalu kebobolan dan tetap bermain sama. Kadang Anda harus melakukan pekerjaan kotor untuk menuntaskan pertandingan,” pungkasnya, menyoroti pentingnya manajemen pertandingan yang lebih baik dari lini tengah Chelsea.






