Trotoar di Jalan Dr. Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan, jauh dari kata ramah bagi pejalan kaki. Bukan karena sempit atau padatnya arus manusia, melainkan gulungan kabel hitam yang menjuntai rendah, melintang tepat di atas jalur pejalan kaki. Kondisi ini tak hanya mengganggu, tetapi juga berpotensi membahayakan.
Pada Sabtu (27/12/2025) pagi, tim kami menyusuri trotoar tersebut. Di sepanjang jalan, kabel-kabel tampak menggantung tak beraturan. Beberapa langkah dari halte non-BRT Masjid Jami Baiturrahman, terdapat kabel yang turun sangat rendah, sejajar dengan pinggang orang dewasa. Untuk melintas, pejalan kaki terpaksa menundukkan kepala atau bergeser ke sisi trotoar yang nyaris mendekati badan jalan.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Tak hanya pejalan kaki, kendaraan besar pun turut merasakan dampaknya. Sebuah truk sempat kesulitan melintas saat parkir di sebuah minimarket karena kabel yang menjuntai terlalu rendah. Sepanjang trotoar, kabel-kabel tidak hanya semrawut, tetapi juga terbuka. Lapisan pelindungnya terkelupas, memperlihatkan serat fiber optik yang mencuat keluar. Sebagian tiang penyangga terlihat miring, bahkan ada yang kecil dan bengkok, seolah tak sanggup menahan beban.
Keresahan Warga: Dua Tahun Tanpa Perbaikan
Rizal (55), seorang tukang parkir yang sehari-hari berjaga di kawasan tersebut, mengungkapkan bahwa kondisi ini bukanlah hal baru. Ia mengaku sudah dua tahun menyaksikan kabel-kabel yang tak kunjung dibenahi, bahkan setelah trotoar di kawasan itu rampung dibangun dua minggu lalu.
“Yang kabel-kabel ya sudah didiamkan saja ini, enggak ada reaksinya apa untuk benerin. Kabel mah sudah lama, sebelum ini trotoar dibangun ini, yang saluran,” kata Rizal saat ditemui di lokasi.
Menurut Rizal, selain membahayakan, persoalan ini juga mengganggu estetika kota. “Wah enggak bagus, jelek, jadi berantakan. Lihat saja itu tiang listriknya pada miring-miring kan? Oh, bukan bahaya lagi itu kabel yang di kantor BRI itu, depan kantor BRI sampai ke bawah,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Apa pantes gitu loh. Ya harus dibenerin lah. Kalau nggak dibenerin, lihat saja begini. Nanti kena orang jalan kan.”
Kabel Putus Ditabrak Truk, Dililit Rafia Seadanya
Kondisi paling mengkhawatirkan adalah ketika kabel tak hanya menjuntai, tetapi juga pernah putus. Basuki (60), warga yang tinggal di sekitar Jalan Dr. Saharjo, mengingat betul kejadian itu.
“Wah, parah, jelek. Kayak kemarin saja kena truk tuh, putus noh. Kemarin belum lama putus. Tuh, yang pas di trotoar itu kan dililitin tuh. Kemarin sama truk, belum lama, ada seminggu yang lalu. Putus, karena kesangkut sama truk. Jadi putus. Terus enggak lama sama Busway juga,” jelas Basuki.
Menurut Basuki, kabel yang terlalu rendah membuat kendaraan tinggi seperti truk rentan menyangkut. Situasi itu kian berbahaya saat hujan turun. “Ya kalau pas waktu putus itu kemarin hujan itu. Pas putusnya hujan, pas lagi hujan,” imbuhnya.
Yuda (34), warga lainnya, menilai kondisi ini membahayakan dua pihak, baik pejalan kaki maupun pengendara. “Iya semakin lama nih semakin numpuk. Ditambah lagi dia (kabel) makin ke bawah dia, turun. Bahaya kan buat kalangan orang yang jalan kaki. Ini kan jalur masuk mobil juga,” kata Yuda.
Ia menambahkan bahwa kabel yang terus bertambah membuat posisinya makin turun dari hari ke hari. Basuki bahkan menyebut kabel yang putus sempat dililit seadanya. “Kayak kemarin saja ditali-taliin tuh pakai rafia,” tuturnya.
Hingga kini, warga mengaku belum ada sosialisasi atau pembicaraan dari pihak berwenang terkait penanganan kabel semrawut tersebut. “Belum pernah ada yang berbicara ke kita-kita orang gitu,” kata Yuda.
Ancaman Keselamatan dan Harapan Penataan
Selain mengganggu visual kota, kabel-kabel ini menimbulkan kekhawatiran serius soal keselamatan, terutama saat musim hujan dan petir. “Takutnya kalau kabel listrik, kesetrum orang kan bahaya, nyawa,” ujar Basuki.
Yuda menimpali, “Orang-orang jalan kan kita nggak pernah tahu kan. Ada yang kebuka takutnya ada arus kan. Membahayakan sih harus ada solusi harusnya.”
Bagi warga, solusi paling ideal adalah penataan menyeluruh, bukan sekadar mengikat atau memindahkan sebagian kabel. “Ya harapannya sih, lebih dibagusin lah. Kalau emang bisa ditanam ya ditanamlah, biar nggak semrawut gitu loh. Kan kalau begini kan kelihatannya juga nggak enak kan, mengganggu orang-orang yang jalan, warga-warga juga takutnya anak kecil, ya kan nggak tahu kan lagi musim hujan kayak gini kan bahaya. Iya nggak sih?” tutur Yuda.
Basuki menutup dengan kekhawatiran yang paling mendasar. “Pas itu putus kabel, kena orang pakai motor. Kalau orang naik kenceng gitu ya, nggak macet, kenceng gitu, apa kagak mati tuh orang,” pungkasnya.






