Seorang bayi berusia 14 hari, Mohammed, meninggal dunia akibat hipotermia di pengungsian Gaza pada Minggu, 15 Desember 2025. Kematian tragis ini menyoroti kondisi memprihatinkan para pengungsi di Jalur Gaza yang harus bertahan di tengah musim dingin ekstrem dan dampak serangan Israel.
Eman Abu al-Khair (34), ibu dari Mohammed, tak henti menangis pilu sambil menggenggam tas kecil berisi pakaian bayinya. Ia masih sulit menerima kenyataan bahwa putranya yang baru hidup dua minggu telah tiada.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
“Aku masih bisa mendengar tangisan kecilnya di telingaku. Aku tidur dan terlelap, tidak percaya bahwa tangisannya dan membangunkanku di malam hari tidak akan pernah terjadi lagi,” ujar Eman, dikutip dari Al-Jazeera pada Selasa, 23 Desember 2025.
Tragedi yang menimpa keluarga Eman bermula pada malam 13 Desember di al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis, Jalur Gaza selatan. Mereka terpaksa mengungsi dari rumah mereka di timur Khan Younis yang hancur akibat serangan Israel.
Malam itu, setelah menidurkan Mohammed, Eman terbangun untuk memeriksanya dan mendapati kondisi bayinya sangat mengkhawatirkan. Suhu udara telah turun drastis, dan tanpa tempat berlindung yang memadai atau pakaian layak untuk bayi baru lahir, Mohammed tidak memiliki perlindungan.
“Tubuhnya dingin seperti es. Tangan dan kakinya membeku, wajahnya kaku dan kekuningan, dan dia hampir tidak bernapas. Saya segera membangunkan suami saya agar kami bisa membawanya ke rumah sakit, tetapi ia tidak dapat menemukan alat transportasi untuk membawa kami ke sana,” kenang Eman.
Saat itu, hujan deras masih mengguyur dan hari sudah larut malam, membuat upaya sang ayah mencapai rumah sakit bahkan dengan berjalan kaki menjadi mustahil.
“Begitu fajar menyingsing, kami bergegas dengan gerobak yang ditarik hewan menuju rumah sakit. Namun sayangnya, kami tiba terlambat. Kondisinya sudah kritis,” tambahnya.
Setibanya di Rumah Sakit Bulan Sabit Merah di Khan Younis, staf medis terkejut melihat kondisi Mohammed yang memburuk. Wajahnya membiru sepenuhnya dan ia mengalami kejang-kejang. Dokter segera membawanya ke unit perawatan intensif anak.
Mohammed menghabiskan dua hari di unit perawatan intensif dengan ventilator sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir pada 15 Desember.
“Bayi saya tidak memiliki masalah medis. Hasil tesnya tidak menunjukkan penyakit apa pun. Tubuh mungilnya tidak mampu menahan dingin yang ekstrem di dalam tenda,” tutur Eman sambil terus menangis.
Kementerian Kesehatan Gaza secara resmi mengumumkan kematian bayi Mohammed Khalil Abu al-Khair, berusia dua minggu, akibat hipotermia akut. Kematian ini disebabkan oleh penurunan suhu tubuh yang parah di tengah kondisi hidup yang keras dan cuaca buruk.
“Anak itu, Abu al-Khair, tiba di rumah sakit dua hari yang lalu dan dirawat di unit perawatan intensif, tetapi ia meninggal kemarin,” demikian pernyataan kementerian.
Dengan kematian Mohammed, jumlah anak yang meninggal akibat cuaca dingin di Gaza telah meningkat menjadi empat orang sepanjang bulan ini. Kementerian sebelumnya telah melaporkan tiga kematian serupa dalam minggu sebelumnya.






