Jakarta – Arsari Group, perusahaan investasi milik Hashim Djojohadikusumo, resmi memperluas portofolio investasinya ke sektor infrastruktur digital. Langkah strategis ini menandai babak baru dalam strategi investasi jangka panjang perusahaan yang sebelumnya telah aktif di berbagai bidang.
Deputy CEO and COO Arsari Group, Aryo P.S. Djojohadikusumo, menegaskan bahwa keputusan ini didasari keyakinan kuat terhadap peran infrastruktur digital sebagai fondasi utama daya saing nasional. Ia menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya pada Penandatanganan Perjanjian Investasi antara Indosat Ooredoo Hutchison dengan Arsari Group dan Northstar Group di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Infrastruktur Digital sebagai Fondasi Nasional
“Hari ini merupakan momen yang sangat penting, bukan hanya untuk Arsari dan Indosat, tetapi juga untuk masa depan digital Indonesia. Infrastruktur digital adalah fondasi utama daya saing nasional, inklusivitas, dan pertumbuhan jangka panjang,” ujar Aryo P.S. Djojohadikusumo, menggarisbawahi pentingnya sektor ini.
Menurut Aryo, filosofi investasi Arsari Group sejak awal berfokus pada aset strategis jangka panjang yang menopang ketahanan nasional. Setelah energi dan sumber daya alam, infrastruktur digital kini dipandang memiliki peran serupa dalam menopang ekonomi dan kemandirian bangsa.
Arsari Group, yang dikenal sebagai perusahaan investasi multisektor, telah mengucurkan dana di agribisnis, energi & pertambangan, perkebunan, perdagangan, serta teknologi dan aset digital. Dengan masuknya ke infrastruktur digital, perusahaan ini menegaskan perannya tidak hanya berhenti pada penyediaan modal.
“Kami berkomitmen menjadi mitra jangka panjang dalam ekspansi jaringan, tata kelola, dan pembangunan ekosistem,” jelas Aryo, menekankan komitmen jangka panjang Arsari dalam pengembangan ekosistem digital.
Mendukung Produktivitas Ekonomi dan Era AI
Aryo menambahkan, infrastruktur fiber optik yang kuat akan menjadi pendorong utama produktivitas ekonomi. Hal ini akan berdampak positif bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang mengadopsi teknologi digital, serta perusahaan besar yang menerapkan smart manufacturing dan pengambilan keputusan berbasis data.
Kolaborasi ini juga diposisikan untuk mendukung era kecerdasan buatan (AI). Jaringan berkapasitas tinggi dan latensi rendah dinilai menjadi prasyarat bagi pengembangan data center, edge computing, serta aplikasi berbasis AI.
“Melalui platform ini, Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelaku aktif dalam ekonomi berbasis AI,” pungkas Aryo, menyoroti ambisi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam ekonomi digital global.






