Arsari Group, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), dan Northstar Group resmi membentuk perusahaan patungan (joint venture) bernama FiberCo. Kolaborasi ini bertujuan mengatasi kesenjangan akses fixed broadband di Indonesia yang dinilai masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan ekonomi digital di masa mendatang.
Penandatanganan kesepakatan pembentukan FiberCo dilakukan di kantor Indosat Ooredoo Hutchison, Jakarta, pada Selasa, 23 Desember 2025. Perusahaan milik Hashim Djojohadikusumo, Arsari Group, memperluas investasinya ke infrastruktur fiber optik melalui langkah strategis ini.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Deputy CEO dan COO Arsari Group, Aryo PS Djojohadikusumo, menjelaskan bahwa kemitraan ini tidak hanya membuka nilai dari aset yang ada. Ia menegaskan, “Kolaborasi ini membuka nilai dari aset yang ada sekaligus mobilisasi modal jangka panjang untuk menjawab kesenjangan fixed broadband di Indonesia.”
Pembentukan FiberCo sejalan dengan target Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk menggenjot penetrasi fixed broadband nasional. Komdigi menargetkan penetrasi mencapai 50% rumah tangga pada tahun 2029, dengan kecepatan minimal 100 Mbps.
Berdasarkan laporan Speedtest Global Index yang dirilis Ookla pada November 2025, koneksi internet tetap di Indonesia saat ini mencatat kecepatan unduh 43,18 Mbps dan unggah 29,71 Mbps.
Aryo melanjutkan, perluasan konektivitas memiliki dampak langsung terhadap peningkatan inklusi digital dan pembangunan daerah. Akses internet berbasis fiber optik dinilai krusial untuk mendorong pemerataan pendidikan, layanan kesehatan, serta layanan publik berbasis digital.
Selain itu, infrastruktur fiber optik juga menjadi tulang punggung bagi aktivitas ekonomi digital, mulai dari Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga industri skala besar. Konektivitas yang andal memungkinkan pelaku usaha mengadopsi teknologi digital secara lebih optimal.
Aryo menegaskan bahwa jaringan fiber optik berkapasitas tinggi dan latensi rendah merupakan prasyarat utama bagi pengembangan data center, edge computing, dan berbagai aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI). Ia menambahkan, “Oleh karena itu, kolaborasi ini kami posisikan sebagai infrastruktur yang siap mendukung era AI.”
Kemitraan ini dirancang sebagai platform jangka panjang yang akan berkontribusi selama puluhan tahun ke depan, bukan proyek jangka pendek. Dengan kepemilikan bersama dan tata kelola yang kuat, kolaborasi tersebut diharapkan mampu memperkuat backbone digital Indonesia. Aryo menutup, “Bagi Indonesia, ini adalah percepatan menuju ekonomi yang lebih terhubung, tangguh, dan siap menghadapi era AI.”






