Internasional

Arab Saudi Gempur Pelabuhan Mukalla, Peringatkan UEA atas Pasokan Senjata ke Separatis Yaman

Sanaa, Yaman – Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap kota pelabuhan Mukalla di selatan Yaman pada Selasa (30/12). Serangan ini menyusul tuduhan Riyadh bahwa pelabuhan tersebut digunakan untuk menerima pengiriman senjata dari Uni Emirat Arab (UEA) yang ditujukan bagi kelompok separatis Dewan Transisi Selatan (Southern Transitional Council/STC).

Dalam pernyataan yang disiarkan oleh Saudi Press Agency, militer Arab Saudi menyebut serangan tersebut menargetkan senjata dan kendaraan tempur yang baru dibongkar dari kapal-kapal yang datang dari Fujairah, kota pelabuhan di pantai timur UEA. Disebutkan bahwa awak kapal telah menonaktifkan perangkat pelacakan sebelum membongkar muatan.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

“Mengingat senjata-senjata tersebut merupakan ancaman yang segera dan eskalasi yang membahayakan perdamaian serta stabilitas, Angkatan Udara Koalisi melaksanakan serangan udara terbatas,” demikian pernyataan militer Saudi. Serangan ini dilakukan pada malam hari untuk memastikan “tidak terjadi kerusakan tambahan terhadap warga sipil.”

Hingga Rabu (31/12), belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa. Belum jelas pula apakah militer selain Arab Saudi turut terlibat dalam operasi tersebut.

Tuduhan Langsung Terhadap UEA

Ini adalah kali pertama secara terbuka Arab Saudi secara langsung mengaitkan kemajuan STC di Yaman dengan dukungan UEA. Dalam pernyataan keras, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyebut langkah Abu Dhabi sebagai ancaman serius.

“Kerajaan mencatat bahwa langkah-langkah yang diambil oleh negara saudara Uni Emirat Arab adalah sangat berbahaya,” demikian pernyataan resmi tersebut.

Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam ketegangan antara Riyadh dan Abu Dhabi, dua sekutu lama yang selama bertahun-tahun tergabung dalam koalisi melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Namun, kini keduanya berada di sisi berlawanan dalam konflik internal Yaman. Kedua negara juga belakangan bersaing dalam pengaruh politik dan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan Laut Merah, meskipun tetap memiliki hubungan erat dan sama-sama anggota OPEC. Hingga kini, UEA belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan Arab Saudi.

Keadaan Darurat dan Ultimatum bagi Pasukan UEA

Menanggapi serangan tersebut, Dewan Kepresidenan Yaman yang didukung Arab Saudi mengumumkan keadaan darurat nasional. Dewan tersebut secara resmi mengakhiri kerja sama keamanan dengan Abu Dhabi dan memerintahkan seluruh pasukan UEA untuk meninggalkan wilayah Yaman dalam waktu 24 jam.

Selain itu, diberlakukan larangan selama 72 jam terhadap seluruh penyeberangan perbatasan, serta akses ke bandara dan pelabuhan laut di wilayah yang mereka kuasai, kecuali yang mendapat izin langsung dari Arab Saudi. Langkah-langkah ini menandai putusnya hubungan keamanan antara pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dengan Abu Dhabi, sekaligus memperdalam perpecahan di antara kekuatan anti-Houthi.

Dampak Penguasaan Mukalla

Mukalla terletak di Provinsi Hadramout, wilayah strategis yang dalam beberapa hari terakhir direbut oleh STC setelah menyingkirkan pasukan National Shield Forces yang didukung Arab Saudi. Kota pelabuhan ini berjarak sekitar 480 kilometer timur laut Aden, pusat kekuasaan pasukan anti-Houthi sejak ibu kota Sanaa jatuh ke tangan pemberontak Houthi pada 2014.

Analis Yaman, Mohammed al-Basha, menilai situasi ini akan memicu eskalasi terukur dari kedua pihak. “Saya memperkirakan eskalasi yang dikalibrasi dari kedua belah pihak. STC yang didukung UEA kemungkinan akan merespons dengan mengonsolidasikan kendali,” ujarnya. Namun, ia menambahkan bahwa aliran senjata dari UEA kemungkinan akan terhambat karena Arab Saudi menguasai wilayah udara.

Ketegangan ini terjadi di tengah meningkatnya instabilitas regional, termasuk konflik yang memburuk di Sudan, di mana Saudi dan UEA juga mendukung pihak yang berlawanan, serta langkah Israel yang mengakui Somaliland sebagai negara merdeka. Langkah tersebut memicu ancaman dari kelompok Houthi yang menyatakan siap menyerang kepentingan Israel di kawasan tersebut. Hingga saat ini, situasi di Mukalla masih tegang, dan kekhawatiran akan meluasnya konflik antar sekutu lama di kawasan terus meningkat.

Mureks