Industri ritel nasional menunjukkan sinyal penguatan signifikan menjelang penutupan tahun 2025. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memproyeksikan peningkatan kunjungan mal hingga 15% pada akhir tahun ini, didorong oleh momentum libur Natal dan Tahun Baru, serta program Work From Mall (WFM) yang digagas pemerintah.
Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, mengungkapkan bahwa indikator usaha pusat perbelanjaan telah bergerak positif sejak periode Natal dan diperkirakan akan terus menanjak. “Saat ini beberapa indikator industri usaha ritel di Indonesia telah menunjukkan pergerakan peningkatan pada saat Natal yang berangsur akan meningkat secara bertahap menjelang akhir tahun dan Tahun Baru,” ujar Alphonzus kepada CNBC Indonesia pada Rabu (31/12/2025).
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Strategi Pusat Perbelanjaan Menarik Pengunjung
Untuk menangkap momentum peningkatan ini, Alphonzus menjelaskan bahwa pusat perbelanjaan mengandalkan dua program utama. Pertama, menghadirkan beragam acara dan atraksi untuk menciptakan pengalaman belanja yang berbeda dari hari biasa.
“Penyelenggaraan berbagai acara (event), kegiatan (aktivitas), atraksi (pertunjukan), dekorasi dan lain sebagainya dalam nuansa seni, budaya, musik serta lainnya guna memeriahkan dan memberikan pengalaman unik Natal dan Tahun Baru yang tidak ditemukan dalam keseharian,” paparnya.
Program kedua adalah menggenjot promo belanja guna memenuhi kebutuhan masyarakat selama periode Natal dan Tahun Baru. Kombinasi hiburan dan diskon ini menjadikan pusat perbelanjaan tetap relevan sebagai tujuan utama masyarakat.
“Kedua hal tersebut menjadikan Pusat Perbelanjaan sebagai salah satu tujuan utama bagi masyarakat untuk berbelanja dalam suasana kemeriahan Natal dan Tahun Baru yang unik dan mengesankan,” kata Alphonzus, menambahkan bahwa masyarakat kini semakin menjadikan mal sebagai bagian dari aktivitas liburan keluarga. “Masyarakat menjadikan Pusat Perbelanjaan sebagai salah satu opsi utama untuk berbelanja sambil liburan atau sebaliknya, yaitu liburan sambil berbelanja.”
Pergeseran Pola Konsumsi dan Dampak Work From Mall
Alphonzus juga memaparkan adanya pergeseran kategori belanja seiring mendekatnya masa libur panjang. Menjelang Natal dan Tahun Baru, penjualan masih didominasi produk non-makanan dan minuman. Namun, saat libur berlangsung, fokus belanja beralih ke sektor makanan, minuman, dan hiburan.
“Kategori produk non makanan dan minuman (food and beverages) mendominasi penjualan menjelang Natal dan Tahun Baru. Pola belanja akan berubah pada saat libur Natal dan Tahun Baru dimana masyarakat akan cenderung berbelanja produk makanan dan minuman (food and beverages) serta hiburan (entertainment),” ungkapnya.
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas tersebut, APPBI memproyeksikan lonjakan kunjungan ke pusat perbelanjaan cukup signifikan. “Diperkirakan rata-rata tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan menjelang dan pada saat Natal dan Tahun Baru akan meningkat sekitar 10%-15% dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Alphonzus.
Selain faktor musiman, dukungan dari program Work From Mall (WFM) juga turut menjaga konsumsi menjelang akhir tahun. “Tujuan utama program Work From Mall adalah dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terutama menjelang akhir tahun untuk menjaga ataupun bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebelum tutup tahun 2025,” jelasnya.
Meski demikian, Alphonzus menilai dampak program WFM ini tetap terbatas. “Program Work From Mall (WFM) akan berdampak terhadap tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan dan juga penjualan beberapa kategori produk namun tidak akan signifikan, mengingat tidak semua juga perusahaan dapat menerapkan WFM,” pungkasnya.






