Tren

Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat Dorong Aksi Kolektif Atasi Krisis Pembelajaran Nasional

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mendesak seluruh pemangku kepentingan, masyarakat, dan sektor swasta untuk segera mengambil aksi nyata kolektif. Dorongan ini disampaikan guna mengatasi krisis pembelajaran yang tengah melanda serta menjawab berbagai tantangan sektor pendidikan yang diproyeksikan pada tahun 2026.

Lestari Moerdijat menyoroti sejumlah persoalan krusial yang memerlukan penanganan segera. “Di tengah keterbatasan dana, kita dihadapkan pada kondisi kompetensi tenaga pengajar, kemampuan peserta didik, kensenjangan digital, isu kesejahteraan guru yang belum memadai yang menanti langkah segera untuk mengatasinya,” kata Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (30/12).

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Kesenjangan Kompetensi dan Digital Jadi Sorotan

Data dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah pada tahun 2025 menunjukkan adanya disparitas signifikan dalam Tes Kemampuan Akademik (TKA) siswa SMA sederajat. Nilai rerata tertinggi pada mata pelajaran wajib adalah Antropologi dengan 70,43, sementara Bahasa Inggris menjadi yang terendah dengan rerata hanya 24,93. Selain itu, mata pelajaran Matematika juga mencatatkan nilai rendah yakni 36,10. Penilaian ini dilakukan dengan skala maksimum 100,00.

Selain masalah kompetensi, kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan perdesaan juga masih lebar. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa meskipun akses internet meningkat, kepemilikan komputer atau laptop untuk belajar di perkotaan mencapai 65 persen. Angka ini jauh berbeda dengan di perdesaan yang baru mencapai 28 persen.

Kualitas keterampilan guru dalam menjalankan pembelajaran, baik secara luring maupun jarak jauh, juga dinilai belum memadai untuk menghadapi dinamika pendidikan saat ini.

Fokus pada Literasi, Numerasi, dan Karakter

Anggota Komisi X DPR RI ini menegaskan bahwa upaya pemulihan sektor pendidikan dan percepatan peningkatan kualitas pembelajaran harus menjadi prioritas utama. Fokus harus diarahkan pada penguatan literasi, numerasi, dan karakter peserta didik.

Dukungan penuh bagi sekolah sangat dibutuhkan untuk merealisasikan langkah-langkah tersebut. Peningkatan kompetensi tenaga pengajar, menurut Lestari, harus menjadi prioritas melalui berbagai pelatihan yang praktis, kontekstual, dan berbasis kebutuhan di kelas.

Lestari Moerdijat berpendapat bahwa semua langkah ini membutuhkan dukungan dari seluruh pihak terkait demi menyelamatkan kondisi pendidikan nasional dari krisis pembelajaran yang sedang dihadapi. Ia mengingatkan, jika krisis pembelajaran tidak segera diatasi, hal ini akan berdampak serius pada kualitas sumber daya manusia Indonesia dan daya saing bangsa di masa depan.

Mureks