Penggunaan earphone nirkabel telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Namun, di balik kepraktisannya, muncul kekhawatiran publik mengenai potensi risiko kesehatan jangka panjang, terutama terkait klaim bahwa perangkat Bluetooth memancarkan radiasi berbahaya yang dapat memicu kanker.
Klaim yang beredar bahkan menyamakan paparan radiasi dari headset nirkabel dengan meletakkan microwave di dekat kepala, menimbulkan ketakutan akan kemungkinan kaitannya dengan kanker otak.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Penjelasan Ahli Bedah Saraf
Menanggapi informasi yang simpang siur, Dr. Jay Jagannathan, seorang ahli bedah saraf dari Michigan Neurosurgery Institute, memberikan penjelasan berdasarkan sudut pandang ilmiah. Ia menegaskan bahwa radiasi non-ionisasi yang dipancarkan oleh perangkat seperti AirPods memiliki tingkat yang jauh lebih rendah dibandingkan radiasi dari ponsel, sehingga relatif lebih aman.
“Pertama-tama, penting untuk dicatat bahwa jumlah radiasi ionisasi dari sumber frekuensi radio seperti iPod jauh lebih kecil dibandingkan yang dihasilkan ponsel,” kata Dr. Jagannathan, dikutip dari laman Hindustan Times pada Selasa, 30 Desember 2025.
Ia menambahkan, paparan radiasi dari AirPods diperkirakan 10 hingga 400 kali lebih rendah daripada ponsel. Menurutnya, jika memang ada kaitan antara penggunaan ponsel dengan risiko kesehatan, secara teori kaitan serupa juga bisa diterapkan pada AirPods, meskipun dengan tingkat paparan yang jauh lebih minim.
Tinjauan Studi Kanker Jantung pada Tikus
Dr. Jagannathan juga merujuk pada salah satu penelitian yang paling sering dikutip dalam diskusi ini, yaitu studi dari National Toxicology Program (NTP). Penelitian tersebut mengkaji respons fisiologis tikus terhadap paparan radiasi frekuensi radio (RF) dalam jangka panjang.
“Mungkin studi yang paling sering dikutip adalah studi NTP, di mana tikus diberi paparan RF dalam dosis besar. Hasilnya, tikus jantan memiliki angka kanker jantung tertentu yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tikus betina. Menariknya, pada tikus betina tidak ditemukan perbedaan yang signifikan,” jelasnya.
Namun, temuan ini kemudian ditinjau oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). “Studi ini kata dia kemudian ditinjau FDA sekitar setahun lalu dan disimpulkan bahwa datanya belum cukup untuk mengaitkan radiasi dengan kanker pada manusia,” lanjut Dr. Jagannathan.
Meskipun demikian, ia mengakui adanya sedikit peningkatan kanker jantung pada tikus jantan dalam studi tersebut. “Perlu dicatat juga, dalam studi ini jumlah radiasi ionisasi yang diberikan sebenarnya jauh lebih rendah dibandingkan paparan dari ponsel atau iPad,” pungkasnya.






