Internasional

UEA Tarik Sisa Pasukan dari Yaman Pasca-Ultimatum Saudi dan Tuduhan Dukung Separatis STC

Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi mengumumkan penarikan seluruh sisa pasukannya dari Yaman. Langkah ini dinilai sebagai respons terhadap tekanan keras dari Arab Saudi, yang sebelumnya mengeluarkan ultimatum agar pasukan Emirat segera meninggalkan wilayah tersebut.

Kementerian Pertahanan UEA menjelaskan bahwa penarikan ini mengakhiri misi unit kontra-terorisme, satu-satunya elemen militer UEA yang masih berada di Yaman sejak penarikan resmi pasukan pada 2019. Dalam pernyataan yang dikutip kantor berita negara WAM pada Rabu (31/12/2025), kementerian tersebut menyatakan, “Kehadiran kami terbatas pada personel khusus sebagai bagian dari upaya kontra-terorisme, dalam koordinasi dengan mitra internasional yang relevan.”

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

UEA menambahkan bahwa perkembangan terbaru mendorong dilakukannya “penilaian komprehensif” yang berujung pada keputusan penarikan sisa pasukan.

Pengumuman ini muncul di tengah krisis serius antara Abu Dhabi dan Riyadh. Ketegangan memuncak menyusul serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pelabuhan Mukalla di Yaman selatan. Saudi menuding serangan tersebut menargetkan pengiriman senjata yang diduga terkait dengan UEA, menandai eskalasi paling signifikan dalam memburuknya hubungan dua kekuatan utama Teluk tersebut.

Langkah mundur UEA juga terjadi setelah Arab Saudi menuding Abu Dhabi menekan dan mengarahkan Dewan Transisi Selatan (Southern Transitional Council/STC) yang separatis untuk bergerak mendekati perbatasan kerajaan. Riyadh bahkan menegaskan keamanan nasionalnya sebagai “garis merah”.

Kepala Dewan Kepresidenan Yaman yang didukung Saudi, Rashad al-Alimi, secara terbuka memberi tenggat waktu 24 jam bagi pasukan Emirat untuk meninggalkan wilayah Yaman. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Alimi mengatakan telah “dikonfirmasi secara pasti bahwa Uni Emirat Arab menekan dan mengarahkan STC untuk melemahkan dan memberontak terhadap otoritas negara melalui eskalasi militer”.

UEA membantah tudingan tersebut dan mengaku terkejut atas serangan udara koalisi pimpinan Saudi. Abu Dhabi menegaskan pengiriman yang diserang tidak berisi senjata dan ditujukan bagi pasukan Emirat.

Meskipun penarikan pasukan ini berpotensi meredakan ketegangan dalam jangka pendek, sumber-sumber diplomatik menilai persoalan utama belum terselesaikan. Arab Saudi tetap menuntut agar UEA menghentikan seluruh dukungan militer maupun finansial kepada STC, kelompok yang mendorong pemerintahan sendiri di Yaman selatan dan belakangan melancarkan serangan terhadap pasukan yang didukung Riyadh.

Koalisi pimpinan Saudi sebelumnya juga mengebom dermaga yang mereka sebut digunakan untuk memberi dukungan militer asing kepada kelompok separatis. Media pemerintah Saudi melaporkan serangan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

Retaknya hubungan Riyadh dan Abu Dhabi tak hanya berdampak pada konflik Yaman, tetapi juga mengguncang pasar. Kedua negara merupakan pemain kunci OPEC, dan perbedaan tajam di antara mereka dinilai berisiko menghambat konsensus kebijakan produksi minyak. Indeks saham utama di kawasan Teluk dilaporkan melemah di tengah meningkatnya ketegangan.

Mureks