Regional

Trauma Banjir 2020, Warga Candirejo Desak Normalisasi Sungai Kedungringis

Advertisement

Trauma mendalam akibat banjir besar pada tahun 2020 masih membekas di benak warga Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Kini, mereka bersuara mendesak normalisasi segera dilakukan terhadap Sungai Kedungringis yang melintasi wilayah mereka. Harapannya, bencana serupa tidak terulang kembali.

Kepala Desa Candirejo, Tri Gunawan Setiadi, menyoroti kondisi sedimentasi di Sungai Kedungringis yang telah mencapai tingkat mengkhawatirkan. “Saat hujan deras, permukaan air sungai sudah nyaris rata dengan ketinggian tanggul. Selain permukiman, di sisi kanan dan kiri tanggul juga terdapat hamparan persawahan yang luas,” ungkapnya, Senin (8/12/2025).

Wawan, sapaan akrab Tri Gunawan Setiadi, menjelaskan bahwa warga di Dusun Kumpulrejo dan Dusun Kintelan Lor menjadi kelompok yang paling rentan terdampak. “Mereka masih trauma dengan peristiwa banjir bandang tahun 2020 lalu, saat tempat tinggalnya diterjang air luapan sungai,” tambahnya.

Desakan Penanganan Mendesak

Ia pun secara tegas meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana untuk segera mengambil tindakan penanganan. “Setiap hujan deras, air Sungai Kedungringis sudah mengkhawatirkan dan warga mulai waspada,” papar Wawan.

Menurutnya, karakteristik Sungai Kedungringis di Kecamatan Tuntang memiliki kesamaan dengan Sungai Panjang yang saat ini tengah dalam proses normalisasi di Kecamatan Ambarawa. “Alirannya melintas di beberapa wilayah permukiman dan bermuara di Danau Rawapening. Sungai Kedungringis berhulu di wilayah Kota Salatiga,” jelasnya.

Advertisement

Peta rawan bencana Desa Candirejo mengkonfirmasi bahwa Dusun Kintelan Lor dan Dusun Kumpulrejo masuk dalam kategori rawan bencana. “Karena dusun-dusun tersebut dilalui oleh aliran Sungai Kedungringis, mereka menjadi skala prioritas dalam upaya kewaspadaan bencana luapan sungai,” ungkap Wawan.

Ia merinci dampak banjir 2020 yang paling parah terjadi di Dusun Kumpulrejo. “Saat banjir 2020, yang paling parah itu di Dusun Kumpulrejo karena berdekatan langsung dengan Rawa Pening. Walaupun tidak ada korban jiwa, kerugian materiilnya cukup banyak,” tuturnya.

Selain faktor cuaca ekstrem, Wawan menambahkan bahwa sedimentasi sungai yang parah menjadi penyebab utama meluapnya air. “Sehingga sungai tidak optimal dalam menampung debit air. Lonjakan debit air yang cukup signifikan membuat kemampuan sungai tidak mampu lagi menampung air, akhirnya meluap ke permukiman Dusun Kumpulrejo,” pungkasnya.

Advertisement