Belasan relawan tak kenal lelah menyusuri medan berlumpur dan reruntuhan rumah di Agam, Sumatera Barat, untuk mencari korban hilang pascabanjir bandang. Di antara mereka, terdapat Sesilia Rosanta (20), seorang mahasiswi Universitas Padjadjaran (Unpad) yang mengorbankan masa perkuliahan demi misi kemanusiaan.
“Kemarin jalur darat pencarian. Itu berlumpur banget, banyak gelondongan kayu, banyak cari di reruntuhan rumah, jadi banyak dibantu oleh ekskavator,” ujar perempuan yang akrab disapa Oca itu, Senin (8/12/2025), di Posko Tim SAR Gabungan, Salareh Aia, Palembayan, Agam.
Oca adalah satu dari sekian banyak relawan yang turun membantu pencarian korban hilang akibat banjir bandang yang menerjang pada Kamis (27/11/2025) sore. Sebelum terjun langsung, ia juga terlibat dalam survei daerah terdampak dan penyaluran bantuan.
Bersama belasan mahasiswa Unpad lainnya, Oca berangkat dari Jawa Barat menggunakan mobil elf dan ambulans yang difasilitasi kampus. Misi ini menjadi representasi universitas untuk membantu saudara-saudara di Sumatera.
“Saya berangkat yang pertama pasti untuk misi kemanusiaan dan representasi dari Unpad untuk membantu saudara-saudara kita di Sumatera,” tambah Oca.
Tim mahasiswa Unpad ini menempuh perjalanan darat selama tiga hari menuju Palembayan, salah satu wilayah terparah terdampak banjir bandang yang menewaskan lebih dari seratus orang dan puluhan lainnya masih hilang.
Belajar Langsung dari Lapangan
Sebagai anggota organisasi pencinta alam SAR Unpad, Oca melihat kegiatan ini sebagai kesempatan untuk mengaplikasikan dan belajar penanganan bencana serta pencarian orang hilang. Ia bergabung dengan tim SAR Gabungan di Posko Basarnas Koto Alam.
“Saya sebagai anggota SAR Unpad, kegiatan ini jadi pembelajaran langsung dari lapangan, tempat belajar untuk melihat penanganan SAR. Di sini banyak expert, jadi bisa lihat langsung dari ahlinya,” kata mahasiswi jurusan Hubungan Internasional ini.
Tinggalkan Kuliah Demi Kemanusiaan
Kegiatan relawan SAR ini membuat Oca dan rekan-rekannya harus meninggalkan kegiatan perkuliahan, termasuk masa Ujian Akhir Semester (UAS). Pihak rektorat Unpad telah memberikan dispensasi perkuliahan bagi para relawan yang terlibat.
“Ini saya lagi masa-masa UAS. Kami tim relawan dari mahasiswa yang berpartisipasi dapat dispensasi dari rektorat. Dispensasi tidak masuk kuliah dari tanggal 1 sampai 13 Desember,” jelas Oca.
Meskipun meninggalkan tujuh mata kuliah, Oca tetap bertanggung jawab atas studinya. Ia membawa laptop untuk mengerjakan tugas dan proyek kuliah, serta telah menyelesaikan beberapa tugas di awal semester.
“Di sini sempat laptopan dan ngerjain tugas dan proyek kuliah. Itu saya tetap bawa laptop untuk ngerjain tugas. Aku sih jujur nggak takut ketinggalan ya karena sudah dicicil di awal semester. Sebelum pergi sudah selesaikan beberapa tugas,” tuturnya.
Oca tidak sendiri. Rekan mahasiswinya, Azizah Nadhirah Zahra alias Jeje (19), Lutfiatun Nisa (23), dan Syahla Hanifah (22), juga meninggalkan perkuliahan demi tugas kemanusiaan ini. Pengalaman ini memberikan mereka pelajaran berharga, relasi baru, dan nilai solidaritas.
Pengalaman Tak Terlupakan
Bagi Jeje, perjalanan tiga hari penuh di mobil ke luar Jawa adalah pengalaman pertama. Awalnya, sebagai anak perempuan, ia sempat tidak diizinkan orang tua, namun penjelasan bahwa kegiatan ini didukung kampus akhirnya membuat mereka luluh.
Oca juga memiliki kenangan mendalam saat melakukan survei lapangan sebelum menyalurkan bantuan. “Pengalaman pas assessment itu paling terasa heart warming dan akhirnya kasih bantuan ke posko donasi. Waktu itu kami sempat ada kegiatan trauma healing,” katanya.
Ia mengaku mendapat banyak insight soal manajemen SAR, seperti pembagian sumber daya manusia, komunikasi tim, dan manajemen operasi langsung dari komandan tim.
“Jadi, nggak rugi saya tinggalkan kuliah karena dapat insight-insight soal pencarian korban,” ujar Oca.
Perempuan Juga Bisa di Operasi SAR
Syahla Hanifah, mahasiswi lainnya, turut menyusuri medan pencarian yang sulit, termasuk jalur sungai dan area bangunan roboh. Ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkontribusi dalam operasi SAR yang membutuhkan tenaga ekstra.
“Apa yang dilakukan laki-laki kan bisa dilakukan oleh perempuan. Kami juga bisa berkontribusi dan punya persiapan pengetahuan, perlengkapan, dan berkoordinasi dengan posko utama,” kata Syahla.
Syahla bangga bisa berkontribusi dalam pencarian dan belajar dari anggota tim SAR lain di lapangan.
Tambah Kekuatan Tim SAR
Koordinator Operasi SAR Posko Gabungan Tanjung Alam, Likopa, mengapresiasi kehadiran para mahasiswi Unpad. Kehadiran mereka menjadi motivasi dan menambah kekuatan tim yang telah memasuki hari ke-11 operasi.
“Ini menambah personel kekuatan dan teman-teman yang terlibat operasi SAR pada hari ke-11 sehingga bisa kita atur jadwal rolling (pertukaran) anggota untuk istirahat,” kata Likopa.
Ia menambahkan, para relawan muda ini sudah siap ditempatkan di mana saja karena membawa peralatan keselamatan lengkap untuk aktivitas di air maupun darat.
Menurut Likopa, banyak relawan mahasiswa yang terlibat dalam operasi SAR. Basarnas juga aktif melatih mereka menjadi potensi SAR yang siap bertugas dalam operasi bencana.






