Regional

Tiga Ancaman Bencana Raksasa Mengintai Kaltim, Jutaan Hektare Berisiko Tinggi

Advertisement

Peristiwa banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 menjadi alarm keras bagi wilayah lain di Indonesia. Tragedi yang menenggelamkan desa dan memutus akses vital ini menunjukkan betapa rapuhnya ruang hidup manusia di tengah perubahan iklim yang kian ekstrem. Kalimantan Timur pun tak luput dari bayang-bayang ancaman serupa, bahkan telah tercatat dalam dokumen resmi negara.

Kajian Risiko Bencana (KRB) Kalimantan Timur periode 2022–2026 yang disusun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memetakan tiga ancaman utama: banjir, tanah longsor, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Luasan wilayah yang terdampak oleh potensi bencana ini mencapai jutaan hektare, menuntut perhatian serius dalam setiap kebijakan pembangunan daerah.

Analis Kebijakan Ahli Muda BPBD Kaltim, Sugeng Priyanto, menegaskan bahwa KRB merupakan fondasi krusial bagi seluruh upaya mitigasi di provinsi tersebut. “Kita sudah punya kajian risiko bencana yang dipetakan lengkap. Dibuat untuk periode 2022 sampai 2026. Itu dokumen yang jadi dasar kita,” ungkapnya kepada wartawan, Senin (8/12/2025).

Banjir Jadi Ancaman Terbesar

Dalam peta risiko yang dirilis BPBD, banjir menempati posisi teratas sebagai ancaman dengan luasan bahaya terbesar, mencakup 2.816.144 hektare. Luasan ini terbagi dalam kelas bahaya rendah (59.596 hektare), sedang (1.187.335 hektare), dan tinggi (1.569.213 hektare). Kabupaten Kutai Kartanegara tercatat memiliki area terdampak banjir terluas di semua tingkatan risiko.

Sugeng menjelaskan bahwa banjir di Kaltim tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal seperti curah hujan. “Banjir itu variabelnya banyak. Mulai dari hujan, tata ruang, alih fungsi lahan, sampai kemampuan drainase. Semua itu dianalisis dalam risiko,” terangnya. KRB secara spesifik menyoroti risiko banjir bandang yang datang tiba-tiba akibat lonjakan debit sungai, dengan hampir seluruh kabupaten analisis masuk kategori bahaya tinggi. Kabupaten Berau menjadi wilayah dengan luasan bahaya banjir terbesar, mencapai 39.559 hektare.

Advertisement

Longsor dan Karhutla Mengintai Jutaan Hektare

Ancaman lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah tanah longsor. Sebagian besar wilayah Kaltim terpetakan berada pada kelas bahaya tinggi, meliputi Kutai Timur, Berau, Mahakam Ulu, dan Kutai Kartanegara. “Risiko longsor meningkat karena pembukaan lahan, pembangunan di lereng, dan perubahan tutupan vegetasi. Mitigasinya tidak bisa hanya teknis, harus ada pengawasan pembangunan dan keterlibatan masyarakat,” ujar Sugeng.

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga menjadi perhatian utama. Kutai Timur mencatat luasan bahaya kelas rendah terbesar, sementara Kutai Kartanegara memimpin dalam kategori bahaya tinggi untuk ancaman ini.

Mitigasi Berbasis Satu Data

KRB Kaltim disusun berdasarkan data historis kejadian bencana antara tahun 2009 hingga 2019, yang mencakup berbagai jenis bencana seperti banjir, longsor, puting beliung, karhutla, dan gempa bumi. Sugeng menekankan bahwa seluruh strategi mitigasi di Kaltim kini mengacu pada prinsip satu data.

“Begitu ada kejadian, kita bekerja dengan satu pola dan satu data. KRB bukan sekadar dokumen administratif, tapi pijakan strategis,” tegasnya. Dengan jutaan hektare wilayah berstatus rawan bencana, tantangan terbesar bagi Kaltim kini adalah memastikan peta risiko tersebut benar-benar terintegrasi dan dieksekusi dalam setiap aspek pembangunan, bukan sekadar menjadi dokumen mati.

Advertisement