Percepatan teknologi, perubahan perilaku konsumen, dan persaingan global menuntut perusahaan bergerak lebih adaptif. Namun, banyak organisasi di Indonesia masih memandang disrupsi secara defensif, lebih fokus pada risiko daripada peluang.
Hal ini mengemuka dalam acara Navigating Disruption for Accelerated Revenue & Optimized Performance yang digelar Mekari Talenta. Diskusi tersebut memaparkan tantangan umum di perusahaan Indonesia, seperti ketergantungan pada proses lama yang membuat respons pasar lambat.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Disrupsi dan Tantangan Organisasi
Kebutuhan transformasi kerap tertunda karena dilema antara kehati-hatian dan kecepatan. Situasi ini diperburuk oleh kapabilitas internal yang belum siap, kepemimpinan yang belum selaras, serta budaya kerja yang masih birokratis.
Struktur kerja yang demikian dinilai membuat kolaborasi lambat, produktivitas terhambat, dan inovasi sulit berkembang. Hal ini menjadi sorotan dalam acara yang membahas strategi menghadapi era disrupsi.
Teknologi sebagai Instrumen Strategis
Mekari Talenta menegaskan bahwa teknologi tidak lagi hanya diposisikan sebagai alat automasi, tetapi sebagai pilar penting strategi bisnis. Platform mereka kini menawarkan analisis performa berbasis data, perencanaan tenaga kerja otomatis, dan insight produktivitas berbasis AI.
Chief Operating Officer Mekari, Arvy Egadipoetra, menyatakan bahwa transformasi HR yang didorong data dan AI bertujuan lebih dari sekadar mempermudah administrasi. “Kami mengubah peran HR menjadi strategic business partner yang memungkinkan perusahaan merespons disrupsi dengan cepat, tetap agile, dan tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Arvy dalam siaran pers, Senin (8/12/2025).
Data dari Deloitte menunjukkan tugas HR seperti payroll, pajak, dan administrasi memiliki potensi automasi hingga 80 persen. Penggunaan analitik prediktif bahkan disebut mampu meningkatkan ketepatan dalam retensi, rekrutmen, dan pengembangan karier.
Data internal Mekari Talenta juga mencatat sekitar 65 persen karyawan di Indonesia bertahan hanya satu hingga dua tahun di perusahaan. Penerapan manajemen kinerja terstruktur diklaim dapat meningkatkan retensi hingga 50 persen.
Mindset Baru: Dari Bertahan Menjadi Menang
Perubahan teknologi dan dinamika pasar mengharuskan perusahaan menggeser orientasi dari sekadar bertahan menjadi menang. Pemanfaatan teknologi, terutama yang terintegrasi dengan pengelolaan talenta berbasis data, dinilai menjadi pondasi penting untuk mempercepat pertumbuhan.
Organisasi yang cepat beradaptasi, memiliki budaya kolaboratif, dan mengeksekusi strategi dengan disiplin diprediksi memiliki peluang lebih besar untuk tetap kompetitif di tengah disrupsi.






