Para penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, menyuarakan kekecewaan dan mempertanyakan kepastian pembangunan hunian tetap (huntap) oleh pemerintah. Rencana pembangunan yang sempat disambut gembira di lokasi Noboleto kini diliputi ketidakpastian setelah beredar kabar pembangunannya batal.
Ketidakpastian ini dirasakan memberatkan warga yang masih bertahan di hunian sementara. Yosep Boli Lamak, salah seorang penyintas asal Desa Klatanlo, mengungkapkan bahwa beban hidup terus menghimpit. Mulai dari utang yang belum terbayar, biaya pendidikan anak, hingga kebutuhan keluarga sehari-hari menjadi tanggungan berat. Pilihan untuk kembali ke kampung halaman pun dinilai bukan solusi terbaik.
“Kami bingung, bagaimana kami bisa menata masa depan keluarga dan anak-anak kami dengan baik, kalau kami masih bertahan di hunian sementara,” ujar Yosep, Senin (8/12/2025). Ia berharap pemerintah dapat segera mencari solusi dan memberikan kepastian mengenai nasib mereka.
Senada dengan Yosep, penyintas lainnya, Yuliana Bibi Muda, mengaku telah lama merindukan kehidupan yang lebih stabil di hunian tetap. Hingga kini, jawaban pasti mengenai pembangunan huntap belum juga diterima. “Kami sudah tidak punya apa-apa lagi, sampai kapan kami berada di sini (hunian sementara),” keluhnya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Flores Timur, Ignasius Boli Uran, sempat menyatakan bahwa pemerintah akan segera membangun huntap bagi korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Salah satu lokasi yang disebut adalah Noboleto, Kecamatan Ile Bura. Ignasius mengklaim lokasi tersebut telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK).
“Lokasi huntap Noboleto sudah ada Surat Keputusan (SK) penetapan lokasinya,” ujar Ignasius dalam keterangannya, Selasa (10/6/2025). Ia menambahkan bahwa proses pembangunan huntap Noboleto memakan waktu cukup panjang karena kurangnya dukungan masyarakat.
Ignasius menegaskan bahwa keterlambatan proses pembangunan bukan semata-mata karena kelambanan pemerintah daerah. “Mesti kita pahami bersama, bahwa ini bukan soal kelambanan Pemda, hampir enam bulan Pemda melakukan konsolidasi tetapi mengalami kendala yakni kurang adanya dukungan dari masyarakat,” jelasnya.






