Kerusakan vegetasi di area hulu akibat aktivitas penebangan kayu diduga menjadi salah satu penyebab utama banjir bandang yang melanda dua desa transmigrasi di Kecamatan Gane Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Peristiwa ini terjadi pada 2-3 Desember 2025, merendam ratusan rumah dan mengganggu aktivitas warga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halmahera Selatan melalui Tim Reaksi Cepat (TRC) telah melakukan investigasi di Desa Sumber Makmur dan Lalubi. Kepala BPBD Halmahera Selatan, Aswin Adam, mengungkapkan bahwa tingginya aktivitas keluar masuk truk pengangkut kayu di Desa Sumber Makmur menjadi sorotan utama.
“Banyaknya muatan kayu memakai mobil truk keluar masuk Desa Sumber Makmur,” ujar Aswin dalam laporan investigasinya yang diterima Kompas.com.
Selain penebangan kayu, faktor lain yang memperparah banjir adalah pendangkalan dan penyempitan badan Sungai Akelamo. Saluran drainase yang belum tertata dengan baik juga turut berkontribusi pada luapan sungai tersebut.
Aswin menekankan perlunya penanganan sungai secara komprehensif sepanjang kurang lebih dua kilometer, termasuk normalisasi badan sungai. Ia juga menyoroti kondisi jalan di 10 titik yang rusak, masing-masing sepanjang sekitar 50 meter, yang menghambat mobilisasi alat berat dan distribusi logistik penanganan darurat.
“Perlu dilakukan rapat lintas sektoral terkait dengan perizinan penebangan kayu di areal seputaran Desa Sumber Makmur sehingga ke depan lebih baik,” katanya, mengusulkan solusi jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa.
Saat ini, BPBD masih menghitung kebutuhan anggaran untuk penanganan darurat, mencakup normalisasi sungai dan perbaikan jalan utama menuju Desa Sumber Makmur. Temuan investigasi ini akan dilaporkan kepada pimpinan daerah, Pemerintah Provinsi Maluku Utara, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS).
“Kami mengimbau agar warga tetap siaga,” tambah Aswin.
Banjir bandang tersebut mengakibatkan 201 unit rumah terendam, 10 titik jalan utama rusak, serta mengganggu akses ekonomi dan pendidikan. “Pendapatan masyarakat tani menurun dan lambatnya penanganan pasien untuk dirujuk ke puskesmas terdekat,” ungkap Aswin, menggambarkan dampak sosial dan ekonomi bencana.
Ketinggian permukaan air saat banjir mencapai 1 hingga 1,30 meter, menunjukkan skala dampak yang signifikan bagi masyarakat terdampak.






