Sudah 13 hari Nasruddin (38) dan keluarganya mengungsi akibat banjir bandang yang melanda Desa Manyang Cut, Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya. Harta benda mereka tertimbun lumpur setinggi 1,5 meter, membuat rumah tak layak huni dan sulit dibersihkan secara mandiri.
Kondisi ini dialami tidak hanya oleh Nasruddin, tetapi juga warga lainnya di desa tersebut. Lumpur tebal yang menggenangi rumah membuat aktivitas sehari-hari terhenti. “Tidak sanggup kita bersihkan lumpur sekitar 1.5 lebih di depan, sedangkan di dalam rumah lumpur sepinggang,” ujar Nasruddin kepada Kompas.com, Senin (8/12/2025).
Akibat lumpur yang pekat, warga Desa Manyang Cut masih bertahan di tempat pengungsian. Sebagian warga hanya berani kembali ke rumah untuk mencuci pakaian yang tidak terlalu terdampak. Namun, pembersihan rumah secara keseluruhan belum bisa dilakukan.
“Bagaimana cara kita bersihkan, karena pembuangan tidak ada,” keluh Nasruddin, menggambarkan kesulitan yang dihadapi. Kondisi ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Warga menghadapi kelangkaan air bersih untuk konsumsi. Selain itu, kesulitan terbesar adalah tempat untuk buang air besar dan kecil. Sebagian warga terpaksa pergi ke rumah tetangga atau desa lain untuk memenuhi kebutuhan sanitasi tersebut.
Masalah lain muncul terkait pasokan LPG. Ketersediaannya menipis, dan jika ada, harganya melonjak drastis. Hal ini memaksa sebagian warga kembali menggunakan kayu bakar basah untuk memasak.
Gangguan kesehatan mulai dilaporkan di kalangan pengungsi. Penyakit kulit dan demam dilaporkan mulai menyerang warga. “Tapi enggak sempat masuk RSUD, cuma si kecil kemarin masuk RSUD. Mohon kiranya pemerintah bisa melihat kondisi kami ini,” pinta Nasruddin, berharap ada bantuan segera.






