Qasidah dan Hadroh, dua bentuk seni yang tak terpisahkan dari tradisi Islam, telah lama menjadi medium ekspresi keagamaan dan budaya di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Keduanya seringkali hadir dalam berbagai perayaan dan ritual, namun memiliki karakteristik serta fungsi yang berbeda.
Mengenal Lebih Dekat Qasidah: Syair Pujian dan Pesan Moral
Qasidah adalah bentuk syair tradisional yang tumbuh subur dalam kebudayaan Islam. Keistimewaannya terletak pada isi pujian, khususnya yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, serta pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Menurut kitab Qasidah Burdah karya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Said Al-Bushiri, qasidah berfungsi sebagai sarana utama untuk mengekspresikan kecintaan dan penghormatan kepada Nabi melalui untaian syair.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Dalam tradisi Islam, qasidah diartikan sebagai syair yang disusun secara berirama dan sarat akan pesan keagamaan. Umumnya, qasidah dilantunkan dalam berbagai acara keagamaan atau perayaan khusus. Struktur syairnya teratur, dengan bait-bait yang saling terhubung dan memperkuat inti pesan.
Ciri khas qasidah meliputi penggunaan bahasa yang puitis, tema pujian, dan nasihat moral. Lazimnya, qasidah dinyanyikan secara berkelompok dengan iringan musik sederhana. Karakteristik lain yang menonjol adalah penggunaan rima dan irama yang khas, menjadikannya mudah diingat dan dilantunkan bersama.
Salah satu qasidah yang paling masyhur adalah Qasidah Burdah. Karya Al-Bushiri ini memuat pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi rujukan utama di banyak negara muslim. Qasidah Burdah kerap dibacakan dalam perayaan Maulid Nabi dan telah menginspirasi banyak penulis syair Islam lainnya.
Jejak Sejarah dan Perkembangan Qasidah
Qasidah memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari peradaban Arab pra-Islam. Setelah kedatangan Islam, qasidah diadaptasi dan diberi nuansa keagamaan, menjadikannya media dakwah serta pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Tradisi qasidah kemudian menyebar luas ke berbagai wilayah yang menerima ajaran Islam.
Di Indonesia, qasidah mulai dikenal seiring dengan proses penyebaran Islam. Syair-syair qasidah mengalami penyesuaian dengan budaya lokal, melahirkan beragam varian qasidah khas Nusantara. Penyebaran Qasidah Burdah dan karya-karya pujian lainnya turut memengaruhi perkembangan qasidah di Tanah Air.
Karya monumental Al-Bushiri, Qasidah Burdah, merupakan salah satu syair pujian yang paling banyak dibaca dan dipelajari. Menurut kajian Cucu Surahman berjudul Collating Qaṣīdah Burdah of Al-Buṣīrī (2020), Qasidah Burdah tidak hanya berfungsi sebagai bacaan spiritual, tetapi juga menjadi sumber inspirasi penting dalam pengembangan qasidah di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Membedah Hadroh: Seni Musik Pengiring Ibadah
Seringkali, masyarakat masih kesulitan membedakan antara qasidah dan hadroh. Keduanya memang kerap hadir dalam acara keagamaan, namun sesungguhnya memiliki unsur dan fungsi yang berbeda. Pemahaman akan perbedaan ini krusial agar tidak keliru dalam menempatkan kedua tradisi dalam praktik keagamaan.
Hadroh adalah seni pertunjukan yang memanfaatkan alat musik perkusi, seperti rebana. Umumnya, hadroh dimainkan secara berkelompok untuk mengiringi dzikir atau perayaan tertentu. Hadroh lebih menonjolkan irama musik dan nuansa kebersamaan dalam beribadah.
Perbedaan Mendasar Qasidah dan Hadroh
Perbedaan utama antara qasidah dan hadroh terletak pada fokus unsurnya. Qasidah berpusat pada syair dan pesan moral yang disampaikan melalui bait-bait puitis. Sementara itu, hadroh lebih menekankan iringan musik dan gerakan serempak para pemainnya. Qasidah dapat dilantunkan tanpa alat musik, sedangkan hadroh biasanya tak terpisahkan dari penggunaan rebana atau alat musik tradisional lainnya.
Dari segi tujuan dan fungsi, qasidah sering digunakan untuk menyampaikan pujian kepada Nabi dan mengajarkan nilai-nilai Islam secara lisan. Di sisi lain, hadroh berfungsi sebagai pengiring dzikir atau perayaan keagamaan. Seperti yang dijelaskan dalam Qasidah Burdah, qasidah memiliki peran signifikan dalam pendidikan moral dan spiritual, sementara hadroh lebih berperan sebagai pembangun suasana kebersamaan dalam ibadah.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, qasidah merupakan tradisi penting dalam budaya Islam, khususnya sebagai sarana pujian dan pembelajaran nilai moral. Keunikan qasidah terletak pada syairnya yang puitis dan pesan keagamaannya yang kuat. Sementara itu, hadroh hadir sebagai pengiring dzikir dan memperkuat kebersamaan dalam perayaan keagamaan.
Memahami perbedaan antara qasidah dan hadroh akan memperkaya wawasan kita tentang khazanah tradisi Islam. Keduanya memiliki peran masing-masing dalam memperkuat identitas dan kebersamaan umat, sekaligus menjadi warisan budaya yang patut terus dijaga dan dikembangkan.






