Lifestyle

Mengungkap Kedalaman Surat Al-Baqarah 284-286: Penutup Agung yang Mengandung Pokok Akidah dan Rahmat Ilahi

Advertisement

Surat Al-Baqarah ayat 284-286 merupakan penutup dari surat terpanjang dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan kedalaman makna luar biasa. Tiga ayat ini secara komprehensif memuat pokok-pokok akidah, tanggung jawab fundamental manusia di hadapan Allah SWT, doa tulus seorang mukmin, serta bukti nyata kasih sayang dan rahmat Allah SWT kepada hamba-Nya. Artikel ini disajikan pada Minggu, 28 Desember 2025.

Dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah, yakni ayat 285 dan 286, secara khusus memiliki keutamaan besar yang banyak disebutkan dalam hadits sahih. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat Muslim untuk senantiasa merenungi dan mengamalkannya.

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Keutamaan Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

Artinya: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Surah Al-Baqarah Ayat 284-286 dalam Arab, Latin, dan Artinya

Berikut adalah bacaan lengkap Surat Al-Baqarah ayat 284-286 beserta transliterasi Latin dan terjemahan artinya:

Ayat 284

لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٨٤

Bacaan latin: Lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdū mā fī anfusikum au tukhfūhu yuḥāsibkum bihillāh, fayagfiru limay yasyā’u wa yu’ażżibu may yasyā’, wallāhu ‘alā kulli syai’in qadīr

Artinya: “Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Ayat 285

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ٢٨٥

Bacaan latin: Amanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

Ayat 286

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦

Bacaan latin: Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu’ākhiżnā in nasīnā au akhṭa’nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣran kamā ḥamaltahū ‘alal-lażīna min qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, warḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal qaumil-kāfirīn

Advertisement

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”

Tafsir Mendalam Surat Al-Baqarah Ayat 284-286 Menurut Buya Hamka

Surat Al-Baqarah ayat 284-286, sebagai penutup surat terpanjang dalam Al-Qur’an, memuat ajaran mendalam tentang pengawasan Allah SWT atas hati manusia, hakikat iman, tanggung jawab amal, serta doa dan harapan orang beriman. Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan ayat-ayat ini dengan pendekatan psikologis, moral, dan spiritual yang sangat dekat dengan realitas kehidupan manusia.

1. Allah SWT Mengetahui Lahir dan Batin Manusia (Ayat 284)

Buya Hamka menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik Allah SWT, termasuk manusia beserta isi hatinya. Perasaan yang tersembunyi, baik atau buruk, tetap berada dalam pengetahuan dan perhitungan Allah SWT. Namun, lintasan perasaan semata belum menjadi dosa, selama tidak berkembang menjadi niat dan perbuatan.

Menurut Buya Hamka, manusia adalah makhluk yang di dalam dirinya selalu terjadi pergolakan batin antara dorongan baik dan buruk. Perasaan iri, dengki, nafsu, atau keinginan duniawi adalah hal manusiawi. Yang menentukan nilai seseorang adalah kemampuannya mengendalikan perasaan tersebut. Ketika perasaan buruk dijadikan tekad dan diwujudkan dalam tindakan, barulah ia berbuah dosa. Sebaliknya, niat baik yang belum terlaksana pun sudah bernilai pahala.

Allah Mahakuasa memberi ampun atau siksa, tetapi kehendak-Nya berjalan sesuai sunnatullah dan keadilan-Nya, bukan secara sewenang-wenang.

2. Kesaksian Agung tentang Iman Rasul dan Orang Beriman (Ayat 285)

Ayat ini, menurut Buya Hamka, merupakan kesaksian tertinggi Allah SWT terhadap Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Rasulullah SAW diyakini sepenuh hati sebagai utusan Allah SWT, terbukti dari keteguhan beliau menghadapi penderitaan, ancaman, dan ujian berat sepanjang hidupnya.

Orang-orang beriman mengikuti Rasul dengan iman yang bulat: beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, dan seluruh rasul tanpa membeda-bedakan. Mereka bersikap “kami dengar dan kami taat”, yakni iman yang diwujudkan dalam amal, bukan sekadar pengakuan lisan. Namun, semakin tinggi iman seseorang, semakin besar pula kesadarannya akan kelemahan diri. Karena itu, doa memohon ampunan menjadi bagian tak terpisahkan dari iman.

3. Allah SWT Tidak Membebani di Luar Kemampuan (Ayat 286)

Buya Hamka menekankan bahwa seluruh syariat Islam selaras dengan fitrah manusia. Tidak ada perintah yang mustahil dikerjakan. Setiap kewajiban selalu disertai kemudahan dan keringanan sesuai keadaan. Inilah bukti kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa amal baik pada dasarnya mudah dan selaras dengan jiwa manusia, sementara amal buruk justru berat, penuh tekanan batin, dan bertentangan dengan nurani. Manusia diciptakan dengan kecenderungan kepada kebaikan. Karena itu, pahala dan dosa benar-benar terkait dengan usaha manusia sendiri.

4. Doa Orang Beriman dan Perlindungan Allah

Doa penutup surat Al-Baqarah mencerminkan kesadaran orang beriman akan kemungkinan lupa, salah, dan keliru, serta harapan agar tidak dibebani sebagaimana umat-umat terdahulu. Buya Hamka menegaskan bahwa Allah SWT telah mengabulkan doa ini dengan menjadikan syariat Islam ringan dan penuh kelonggaran.

Doa ini juga menunjukkan ketergantungan total orang beriman kepada Allah SWT sebagai pelindung dan penolong, terutama dalam menghadapi tantangan dan penentangan dari orang-orang yang ingkar.

Wallahu a’lam.

Advertisement
Mureks