Otomotif

Korban Selamat Bus Cahaya Trans: “Di Krapyak Jalan Turun Itu Tidak Ada Perlambatan”

Advertisement

Sebuah kecelakaan tunggal menimpa bus PO Cahaya Trans bernomor polisi B 7201 IV di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Kota Semarang, pada Senin (22/12/2025) dini hari, sekitar pukul 00.30 WIB. Insiden tragis ini diduga kuat dipicu oleh kegagalan pengemudi dalam mengontrol kecepatan atau yang dikenal sebagai speed adaptation failure.

Kecelakaan yang merenggut 16 nyawa dan menyebabkan 17 orang luka-luka ini terjadi saat bus melaju dari Jatiasih, Jakarta, menuju Yogyakarta. Bus tersebut menabrak pembatas jalan sebelum akhirnya terguling, demikian disampaikan Kepala Kantor SAR Semarang, Budiono.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Analisis Pakar: Kegagalan Adaptasi Kecepatan

Instruktur Keselamatan Berkendara sekaligus Founder Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, menyoroti speed adaptation failure sebagai penyebab utama. Menurutnya, kondisi ini sering dialami pengemudi yang telah berjam-jam melaju di jalan tol.

“Speed adaptation failure biasa terjadi bagi para pengemudi-pengemudi yang sudah berjam-jam di tol. Ketika mereka exit tol, mereka gagal beradaptasi dengan kecepatan yang seharusnya,” ujar Jusri kepada kumparan, Senin (22/12/2025).

Jusri menjelaskan, kegagalan mengatur kecepatan menjadi faktor krusial, terutama mengingat bobot bus yang berat dan dimensi tinggi. Karakteristik ini membuat titik gravitasi kendaraan berada di atas, sehingga bus rentan oleng dan terguling.

Ia juga melihat adanya kemungkinan kesalahan antisipasi pengemudi, mengingat lokasi kecelakaan berada di simpang susun exit tol dengan tikungan tajam melingkar dan lebar jalan hanya dua lajur.

Advertisement

“Perlambatan yang dilakukan tidak sesuai kondisi, apakah di traffic luar tol, di dalam tol, atau sedang turunan maupun menikung. Seharusnya driver tidak melakukan perlambatan saat menikung, melainkan saat di lurusan ketika exit tol,” jelas Jusri.
“Kecelakaan di exit tol maupun gerbang tol itu karena sinyal di otak mereka itu lambat dalam beradaptasi dengan kecepatan yang dibutuhkan, mereka pikir kecepatannya sudah cukup, tapi faktanya tidak,” pungkasnya.

Kesaksian Korban Selamat: Bus Melaju Kencang

Pernyataan Jusri selaras dengan kesaksian korban selamat, Sutiadi (67 tahun). Sutiadi mengungkapkan bahwa bus melaju dengan kecepatan tinggi tanpa ada tanda-tanda perlambatan.

“Di Krapyak jalan turun itu tidak ada perlambatan, tidak ada pengereman, kencang,” kata Sutiadi.
“Perasaan saya itu tambah kencang, padahal jalan turun. Biasanya ada perlambatan, ini nggak ada. Pas tikungan itu oleng lalu guling,” tambahnya, menggambarkan detik-detik mengerikan sebelum bus terguling.

Pentingnya Kewaspadaan dan Kepatuhan Rambu Lalu Lintas

Potensi speed adaptation failure tidak hanya mengancam kendaraan besar, tetapi juga semua jenis kendaraan. Oleh karena itu, Jusri menekankan pentingnya memahami waktu yang tepat untuk deselerasi saat perjalanan jauh dan menjaga fokus berkendara.

Selain itu, pemahaman terhadap rambu lalu lintas, seperti batas laju atau perintah untuk mengurangi kecepatan, menjadi krusial untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.

Advertisement
Mureks