Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan bahwa produksi garam nasional sepanjang tahun 2025 masih sangat terbatas. Hingga pekan kedua Desember 2025, total produksi garam dari tambak rakyat maupun pelaku usaha tercatat hanya sekitar 1 juta ton.
Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan capaian produksi garam pada tahun sebelumnya. Direktur Sumber Daya Kelautan KKP, Frista Yorhanita, mengakui bahwa kondisi cuaca yang kurang mendukung menjadi faktor utama di balik penurunan produksi tahun ini.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
“Kita juga mencatat capaian produksi dari tambak rakyat saat ini maupun tambak rakyat maupun pelaku usaha itu untuk tahun ini produksi jangka sekitar 1 juta ton di tahun ini. Jadi memang ini mengalami penurunan,” ujar Frista saat konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Frista menjelaskan, dominasi curah hujan sepanjang tahun membuat proses pembentukan kristal garam tidak optimal. Kondisi ini secara langsung berdampak pada produktivitas tambak garam di berbagai daerah penghasil.
“Karena memang faktor cuaca. Jadi, memang tahun ini cuaca lebih dominan pada hujan sehingga ini sangat mempengaruhi proses pembentukan garam,” terangnya.
Indonesia Masih Bergantung pada Impor Garam
Keterbatasan produksi dalam negeri ini mengakibatkan Indonesia masih harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan garam, khususnya bagi sektor industri. Saat ini, kapasitas produksi garam nasional baru mencapai sekitar 2 juta ton per tahun, sementara kebutuhan total nasional berada di kisaran 4,5 hingga 5 juta ton per tahun.
“Sehingga memang kita masih perlu melakukan impor sebesar sekitar 2,6 juta ton sampai dengan 3 juta ton per tahunnya,” jelas Frista.
Strategi KKP Kejar Swasembada Garam 2027
Untuk mengejar target swasembada garam pada tahun 2027, KKP tengah menggenjot sejumlah langkah strategis. Salah satunya melalui program intensifikasi tambak garam yang difokuskan di empat daerah utama, yakni Indramayu, Cirebon, Pati, dan Sabu Raijua.
Frista merinci, upaya yang dilakukan mencakup revitalisasi tambak-tambak eksisting. Ini meliputi perbaikan saluran air, pembangunan gudang garam rakyat dengan kapasitas hingga sekitar 7.000 ton, serta pemberian bantuan sarana dan prasarana guna meningkatkan produksi dan kualitas garam.
“Saat ini terutama di daerah Pantura Jawa, bahwa memang laut Pantura Jawa itu bukan laut yang memiliki kualitas yang cukup baik. Di samping itu juga mengalami permasalahan sedimentasi dan sebagai macam sehingga kendala produksi garam yang ditambah garam existing ini, salah satu kendala utamanya adalah mereka tidak mendapatkan input air yang cukup banyak, dan dengan kualitas yang baik sehingga kemudian kami melakukan perbaikan saluran-saluran air yang masuk dari laut ke tambak-tambak masyarakat ini,” pungkasnya.






