LUBUK BASUNG – Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menanggung kerugian fantastis mencapai Rp4,20 triliun akibat serangkaian bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah tersebut. Data ini mencakup kerusakan pada lima sektor utama, yakni perumahan, infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lintas sektor, menyusul banjir bandang, banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Agam, Roza Syafdefianti, mengungkapkan bahwa angka kerugian tersebut merupakan hasil pendataan menyeluruh yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah terkait. “Ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh organisasi perangkat daerah terkait,” kata Roza di Lubuk Basung pada Senin (29/12).
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Rincian Kerugian per Sektor
Sektor perumahan menjadi salah satu yang paling terdampak dengan total kerugian mencapai Rp1,59 triliun. Angka ini terdiri dari kerusakan perumahan senilai Rp741,92 miliar dan prasarana lingkungan sebesar Rp855,60 miliar.
Sementara itu, sektor infrastruktur mencatat kerugian terbesar, yakni Rp2,23 triliun. Kerugian ini meliputi transportasi sebesar Rp1,63 triliun, sumber daya air Rp368,46 miliar, serta air dan sanitasi Rp234,24 miliar.
Di sektor ekonomi, total kerugian mencapai Rp341,80 miliar. Rinciannya adalah pertanian Rp189,51 miliar, perikanan Rp74,89 miliar, peternakan Rp31,69 miliar, perkebunan Rp23,30 miliar, perdagangan Rp20,60 miliar, dan pariwisata Rp1,78 miliar.
Sektor sosial juga tidak luput dari dampak bencana, dengan kerugian Rp20,76 miliar. Angka ini terbagi untuk kesehatan sebesar Rp600 juta dan pendidikan Rp20,1 miliar.
Adapun lintas sektor mencatat kerugian Rp6,49 miliar, yang terdiri dari kerugian pemerintah Rp3,99 miliar dan lingkungan hidup Rp2,5 miliar. Roza menambahkan bahwa kerugian ini berasal dari nilai kerusakan sebesar Rp2,36 triliun dan kerugian Rp2,71 miliar.
Dampak Korban Jiwa dan Penanganan Pascabencana
Bencana yang terjadi pada akhir November 2025 ini juga menelan korban jiwa yang signifikan. Tercatat 163 orang meninggal dunia, sementara 38 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Dua korban masih menjalani perawatan medis.
Pencarian korban hilang secara resmi telah dihentikan pada Senin (22/12), berdasarkan surat dan persetujuan dari para ahli waris. Untuk mematangkan persiapan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, masa tanggap darurat diperpanjang dari 23 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026.






