Industri e-commerce Indonesia menghadapi fase baru yang ditandai kompleksitas dan fragmentasi kanal, menuntut kesiapan operasional terintegrasi dari para pelaku usaha. Menyikapi dinamika ini, Sirclo menyelenggarakan Sirclo Insights Webinar 2025 bertajuk “2026 Readiness Briefing: Competing Smarter in a Fragmented Commerce Landscape” pada Rabu, 24 Desember 2025.
Webinar daring tersebut menghadirkan perspektif lintas sektor dari Bambang Wisnubroto, Plt. Direktur Perdagangan melalui Sistem Elektronik dan Perdagangan Jasa Kementerian Perdagangan RI; Aska Primadi, Head of Research Jakpat; serta Danang Cahyono, Chief Operating Officer Sirclo.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Refleksi 2025: Pertumbuhan dan Pergeseran Konsumen
Sektor e-commerce Indonesia menunjukkan pertumbuhan stabil sepanjang 2025. Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce mencapai Rp134,67 triliun pada kuartal III-2025, tumbuh 20,5% secara year-on-year (YoY). Pertumbuhan ini didorong penetrasi pengguna internet yang mencapai 80,66% dan tingginya konsumen yang melakukan transaksi daring, yakni 95% di Semester I 2025.
Danang Cahyono dari Sirclo menyoroti bahwa ekspektasi konsumen yang meningkat, beragamnya kanal belanja, dan adopsi omnichannel telah memfragmentasi lanskap perdagangan digital. Sementara itu, Aska Primadi dari Jakpat menjelaskan bahwa fragmentasi saluran belanja dipengaruhi pertumbuhan social commerce (shoppertainment), meluasnya penetrasi internet ke kota-kota tier dua dan tiga, serta tuntutan konsumen akan pengalaman belanja yang relevan dan personal.
Konsumen juga menjadi lebih rasional, aktif mencari informasi, dan membandingkan pilihan sebelum membeli. Dalam menghadapi consumer journey yang kompleks, Sirclo menekankan pentingnya mengelola tiga komponen utama secara terintegrasi: Demand Engine (membangun minat beli), Commerce Engine (memastikan transaksi lancar), dan Fulfillment Engine (menciptakan loyalitas pasca-transaksi).
Menuju 2026: Strategi dan Kebijakan Pemerintah
Menjelang 2026, fragmentasi diperkirakan akan terus berkembang, ditandai perilaku konsumen yang mengedepankan value-for-money serta meningkatnya tuntutan transparansi dan kepercayaan. Untuk pelaku usaha, Danang Cahyono menyarankan beberapa pendekatan strategis:
- Memperdalam integrasi omnichannel agar pengalaman konsumen tetap konsisten.
- Mendorong efisiensi struktural melalui pemanfaatan automasi dan standardisasi proses berbasis teknologi.
- Memperkuat kapabilitas distribusi melalui sistem fulfillment terintegrasi untuk menopang skala operasional, termasuk menjangkau kota-kota tier dua dan tiga.
Dari sisi regulasi, Bambang Wisnubroto menyampaikan bahwa fokus kebijakan pemerintah pada 2026 diarahkan pada empat hal:
- Memberikan akses pasar yang lebih luas bagi produk dalam negeri.
- Meminimalisir peredaran produk impor ilegal di platform e-commerce.
- Mendorong inovasi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).
- Meningkatkan transparansi informasi biaya dalam ekosistem e-commerce.
Melalui kolaborasi lintas sektor dan strategi yang terarah, industri e-commerce Indonesia diharapkan dapat menjaga pertumbuhan sehat dan berkelanjutan di tengah lanskap perdagangan digital yang semakin kompleks.






