Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menetapkan target ambisius untuk menyelesaikan penanganan darurat bencana di wilayah Sumatera yang berdampak pada sektor pendidikan tinggi pada 31 Desember 2025. Langkah ini merupakan bagian dari upaya tanggap darurat yang terstruktur.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menjelaskan, durasi penanggulangan darurat ini ditetapkan selama satu bulan. “Kami punya target durasi satu bulan hingga 31 Desember. Ini sebagai tahap penanggulangan darurat,” ujar Fauzan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (8/12/2025), seperti dilaporkan ANTARA.
Fokus utama penanganan darurat saat ini meliputi tiga provinsi di Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Prioritas diberikan pada pemenuhan kebutuhan mendesak, distribusi logistik, layanan kesehatan darurat, pemenuhan kebutuhan dasar, serta langkah-langkah pemulihan awal.
Data per 6 Desember pukul 21.00 WIB menunjukkan dampak signifikan terhadap institusi pendidikan tinggi. Sebanyak 60 perguruan tinggi dilaporkan terdampak banjir dan longsor di Sumatera. Rinciannya, 4 perguruan tinggi negeri (PTN) dan 27 perguruan tinggi swasta (PTS) di Aceh; 1 PTN dan 13 PTS di Sumatera Utara; serta 9 PTN dan 6 PTS di Sumatera Barat.
Bencana ini menyebabkan sebagian besar kegiatan belajar mengajar terhenti. Kondisi akses yang sulit, lokasi institusi yang terdampak, serta kondisi sivitas akademika yang mengungsi menjadi faktor utama terhentinya aktivitas perkuliahan.
Skema Pemulihan Pasca-Bencana
Selain penanganan darurat, Kemendiktisaintek juga tengah merancang skema pemulihan jangka panjang untuk mengatasi berbagai dampak multidimensional bencana di ketiga provinsi tersebut. Tahap pemulihan ini dijadwalkan akan dimulai pada Januari 2026.
“Pada tahap pemulihan, durasinya mulai Januari 2026,” ungkap Fauzan. Program pemulihan akan mencakup pelaksanaan program rehabilitasi jangka menengah, pemulihan ekonomi berkelanjutan, hingga rekonstruksi infrastruktur sanitasi.
Kemendiktisaintek juga akan mengedukasi mitigasi bencana untuk membangun ketahanan jangka panjang. Dukungan perbaikan infrastruktur vital seperti jembatan juga menjadi bagian dari program pemulihan ini.
Fauzan menegaskan bahwa upaya Kemendiktisaintek merupakan bagian integral dari koordinasi yang lebih luas. “Perlu kami sampaikan, apa yang dilakukan oleh Kemendiktisaintek ini merupakan bagian tak terpisahkan dari langkah-langkah secara integral yang juga diambil oleh kementerian/lembaga atau lembaga-lembaga sosial yang lain,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menekankan peran penting kampus dalam membantu masyarakat terdampak bencana. Kemendiktisaintek telah menganggarkan dana sebesar Rp50 miliar untuk sivitas akademika yang terlibat dalam upaya bantuan korban banjir.
“Sebagai bentuk dukungan Kemendiktisaintek telah menganggarkan Rp50 miliar untuk digunakan sivitas akademika dalam membantu korban banjir. Ini adalah aksi nyata kampus berdampak dan nanti silakan USU membuat proposal tanggap daruratnya,” ujar Stella saat meninjau Posko USU Peduli di Medan, Kamis (4/12). Bantuan ini terbuka bagi seluruh kampus di Sumatera yang terdampak, dengan dukungan anggaran maksimal Rp500 juta per proposal yang disetujui.




