Teknologi

Kaspersky: Ancaman Siber Telekomunikasi Berlanjut, Beririsan dengan Risiko AI dan 5G

Advertisement

Jakarta – Sektor telekomunikasi diprediksi masih akan menghadapi tekanan signifikan dari ancaman siber hingga tahun 2026. Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, menyebut aktivitas serangan yang telah mendominasi sepanjang 2025 akan terus berlanjut, ditambah dengan munculnya teknologi baru yang membawa risiko operasional tambahan.

Prediksi ini tertuang dalam edisi terbaru Buletin Keamanan Kaspersky yang secara khusus mengulas lanskap keamanan siber di industri telekomunikasi. Laporan tersebut mengidentifikasi empat kategori ancaman utama yang menjadi perhatian operator telekomunikasi sepanjang tahun 2025.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Ancaman Dominan 2025 dan Data Paparan

Intrusi yang ditargetkan atau Advanced Persistent Threat (APT) menjadi salah satu ancaman utama, di mana pelaku berupaya mendapatkan akses tersembunyi ke lingkungan operator untuk tujuan spionase jangka panjang. Selain itu, kompromi rantai pasokan juga masih menjadi pintu masuk krusial, mengingat ketergantungan ekosistem telekomunikasi pada banyak vendor, kontraktor, dan platform yang terintegrasi erat.

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) juga terus menjadi perhatian, karena dampaknya langsung terasa pada ketersediaan dan kapasitas layanan. Laporan Kaspersky turut menyoroti tekanan berkelanjutan dari berbagai bentuk penipuan serta ancaman berbasis SIM yang menargetkan pengguna.

Berdasarkan data Kaspersky Security Network, periode November 2024 hingga Oktober 2025 menunjukkan bahwa 12,79 persen pengguna di sektor telekomunikasi terpapar ancaman daring. Sementara itu, 20,76 persen pengguna menghadapi ancaman langsung pada perangkat mereka. Secara global, 9,86 persen organisasi telekomunikasi dilaporkan mengalami serangan ransomware dalam kurun waktu yang sama.

Advertisement

Transisi Teknologi dan Risiko Baru 2026

Memasuki tahun 2026, Kaspersky menilai sektor telekomunikasi berada pada fase transisi dari pengembangan teknologi yang cepat menuju implementasi berskala luas. Pergeseran ini, menurut Kaspersky, menciptakan peluang sekaligus risiko baru, terutama pada tiga area utama:

  • Manajemen jaringan berbasis kecerdasan buatan (AI): Otomatisasi berpotensi memperkuat kesalahan konfigurasi atau bertindak berdasarkan data yang menyesatkan jika tidak dikelola dengan baik.
  • Transisi menuju kriptografi pasca-kuantum: Penerapan yang terburu-buru dapat memicu persoalan interoperabilitas dan kinerja sistem.
  • Integrasi jaringan 5G dengan satelit (Non-Terrestrial Network/NTN): Inisiatif ini memperluas jejak layanan namun juga meningkatkan kompleksitas titik integrasi yang rentan.

Leonid Bezvershenko, peneliti keamanan senior di Kaspersky GReAT, menegaskan bahwa ancaman yang mendominasi tahun 2025 tidak akan hilang dalam waktu dekat. “Ancaman yang mendominasi tahun 2025 kampanye APT, serangan rantai pasokan, serangan DDoS tidak akan hilang. Namun sekarang ancaman tersebut beririsan dengan risiko operasional dari otomatisasi AI, kriptografi siap kuantum, dan integrasi satelit,” jelas Bezvershenko.

Ia menambahkan, “Operator telekomunikasi membutuhkan visibilitas di kedua dimensi tersebut: memiliki pertahanan kuat terhadap ancaman yang diketahui sambil membangun keamanan ke dalam teknologi baru ini sejak hari pertama. Kuncinya adalah intelijen ancaman berkelanjutan yang mencakup dari titik akhir hingga orbit.”

Rekomendasi Mitigasi Risiko

Untuk mengurangi risiko yang terus berkembang, Kaspersky merekomendasikan beberapa langkah bagi operator telekomunikasi:

  • Melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap lanskap APT.
  • Memperlakukan otomatisasi jaringan berbasis AI sebagai program manajemen perubahan dengan kontrol manusia yang ketat.
  • Meningkatkan kesiapan mitigasi DDoS sebagai bagian integral dari manajemen kapasitas.
  • Menerapkan solusi endpoint detection and response (EDR) guna mendeteksi ancaman lanjutan sejak dini.
Advertisement
Mureks