Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sedang menggenjot program perluasan lahan pertanian. Targetnya, 12.000 hektare sawah baru akan tercipta pada tahun 2026. Kebijakan ini dirancang untuk memperkuat ketahanan pangan daerah sekaligus mengoptimalkan ribuan hektare lahan yang selama ini tidak produktif.
Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, menyatakan bahwa program cetak sawah menjadi strategi utama untuk meningkatkan produksi pangan. Langkah ini juga krusial untuk menopang kebutuhan pangan lokal hingga kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Program cetak sawah ini menjadi bagian penting dari upaya kita memperkuat ketahanan pangan. Dukungan dari pemerintah pusat juga sangat besar,” ujar Seno, Senin (8/12/2025).
Pada tahun 2025, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menargetkan pencetakan sawah seluas 1.800 hektare. Namun, realisasi diperkirakan hanya mencapai sekitar 1.000 hektare. Kendala regulasi di tingkat kabupaten menjadi salah satu penyebab utama.
Salah satu hambatan juga terjadi di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu). Sekitar 200 hektare lahan yang siap dikerjakan harus ditunda. Penundaan ini disebabkan oleh Detail Engineering Design (DED) yang belum rampung, sehingga pengerjaannya dialihkan ke tahun 2026.
Memasuki tahun 2026, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan program cetak sawah seluas 12.000 hektare untuk Kalimantan Timur. Anggaran yang disiapkan mencapai sekitar Rp 30 juta per hektare, yang akan disalurkan langsung ke dinas pertanian daerah.
Muncul beragam respons dari masyarakat terkait rencana besar ini. Sebagian warga menyambut baik upaya pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan. Namun, ada pula yang menyuarakan kekhawatiran mengenai potensi dampak lingkungan dari pembukaan lahan berskala besar.
Kekhawatiran Dampak Lingkungan dan Banjir
Warga Samarinda, Rudi (45), mengungkapkan kekhawatirannya terhadap risiko banjir. Ia menilai potensi tersebut muncul jika pembukaan sawah tidak dibarengi dengan pengelolaan tata air yang baik. Menurutnya, di sejumlah wilayah, genangan air masih kerap terjadi saat hujan deras berlangsung lama.
“Kami sebenarnya mendukung program pemerintah soal ketahanan pangan. Tapi yang kami khawatirkan, kalau lahannya dibuka luas tanpa perencanaan drainase yang matang, air hujan justru bisa meluap ke permukiman. Di Kalimantan ini, kalau hujan lama saja sudah mudah tergenang,” kata Rudi.
Ia berharap pemerintah benar-benar memperhatikan kondisi lapangan sebelum pembukaan lahan dilakukan. Rudi menekankan pentingnya saluran irigasi, kanal pengendali air, serta kajian lingkungan agar proyek cetak sawah tidak menimbulkan persoalan baru bagi warga.
Harapan Kemandirian Beras dan Ekonomi Lokal
Sementara itu, pandangan berbeda disampaikan warga Samarinda lainnya, Hasan (50). Ia mendukung penuh program cetak sawah karena dinilai sangat penting untuk mendorong kemandirian beras di Kalimantan Timur.
Selama ini, kata Hasan, kebutuhan beras di Kalimantan Timur masih sangat bergantung pada pasokan dari luar daerah. “Selama ini kita masih kirim beras dari daerah lain. Kalau suatu saat pasokan terganggu atau harga naik, masyarakat yang merasakan dampaknya. Dengan sawah diperluas, saya berharap Kaltim bisa lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung daerah lain,” ujar Hasan.
Hasan juga menilai program cetak sawah dapat membuka peluang ekonomi baru bagi warga, terutama petani lokal. Ia berharap pemerintah tidak hanya membuka lahan, tetapi juga memberikan pendampingan agar sawah yang dibangun benar-benar produktif.
“Kalau petaninya dibina dan infrastrukturnya lengkap, sawah itu bisa menghasilkan beras cukup untuk kita sendiri. Itu yang paling penting,” katanya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menegaskan bahwa program cetak sawah akan dibarengi dengan pembangunan infrastruktur pendukung. Ini termasuk irigasi, pengendalian tata air, serta pendampingan teknis bagi petani. Tujuannya agar lahan yang dibuka benar-benar optimal.
Saat ini, Kalimantan Timur memiliki lahan baku sawah seluas 54.000 hektar. Namun, yang aktif ditanami baru sekitar 33.000 hektar. Sisanya akan dioptimalkan kembali melalui program pemulihan lahan agar kembali layak tanam.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur optimistis, dengan dukungan pemerintah pusat, pemerintah kabupaten, serta partisipasi masyarakat, target pencetakan 12.000 hektar sawah pada 2026 dapat tercapai. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat fondasi ketahanan dan kemandirian pangan di Kalimantan Timur.






