Otomotif

Jusri Pulubuhu Ingatkan Pengemudi: Jangan Marah Hadapi Bus Agresif, Keselamatan Keluarga Prioritas Utama

Advertisement

Pengemudi diimbau untuk lebih berhati-hati dan mengalah saat bertemu bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang berkendara agresif di jalan. Imbauan ini disampaikan menyusul maraknya perilaku pengemudi bus yang memotong lajur hingga melampaui batas kecepatan, serta insiden tragis kecelakaan bus PO Cahaya Trans yang menewaskan 16 penumpang pada Senin (22/12/2025).

Instruktur Keselamatan Berkendara sekaligus Founder Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, menegaskan pentingnya menghindari konfrontasi dengan bus-bus yang ugal-ugalan. Ia menekankan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama bagi setiap pengendara.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

“Lebih baik mengalah, walaupun jelas mereka salah. Kalau bertemu bus ugal, jangan marah atau ikut mepet-mepet. Kenapa? Ketika kita marah, secara psikologi itu akan mengurangi kemampuan kognitif kita sebagai pengendara,” ujar Jusri kepada kumparan pada Senin (22/12/2025).

Menurut Jusri, tindakan terbaik adalah memberikan jalan kepada bus tersebut, kemudian menjaga jarak aman dan membiarkannya lewat. Sikap tenang dan mengalah akan menjaga fokus pengemudi.

“Harus kita jadikan tagline, keselamatan adalah nomor satu atau prioritas kita. Karena keluarga kita menunggu di rumah. Jadi, cool down dan mengalah saja,” tambahnya.

Peringatan ini menjadi semakin relevan mengingat volume kendaraan yang meningkat menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Pengawasan terhadap transportasi darat seperti bus juga dinilai krusial karena menyangkut keselamatan nyawa penumpang dan pengguna jalan lainnya.

Advertisement

Terbaru, sebuah kecelakaan tragis menimpa bus PO Cahaya Trans bernomor polisi B 7201 IV pada Senin (22/12/2025) pukul 00.30 WIB. Bus tersebut diketahui berangkat dari Jatiasih, Jakarta, menuju Yogyakarta.

Kepala Kantor SAR Semarang, Budiono, menjelaskan kronologi awal kejadian. “Bus melaju kencang dan diduga hilang kendali, sehingga menabrak pembatas jalan dan akhirnya terguling,” kata Budiono.

Salah satu korban selamat, Sutiadi (67 tahun), memberikan kesaksian mengerikan mengenai detik-detik kecelakaan. Ia merasakan bus melaju sangat cepat tanpa pengereman.

“Di Krapyak jalan turun itu tidak ada perlambatan, tidak ada pengereman, kencang. Perasaan saya itu tambah kencang, padahal jalan turun. Biasanya ada perlambatan, ini enggak ada. Pas tikungan itu oleng lalu guling,” ungkap Sutiadi.

Kecelakaan nahas ini mengakibatkan 16 penumpang meninggal dunia, sementara Sutiadi menjadi salah satu dari 17 korban yang berhasil selamat.

Advertisement
Mureks