Israel menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui Somaliland sebagai negara merdeka pada Jumat, 26 Desember 2025. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan keputusan tersebut, sekaligus mengundang Presiden Somaliland, Abdirahman Mohamed Abdullahi, untuk berkunjung ke Israel.
Sebagai bagian dari pengakuan ini, Somaliland berkomitmen untuk bergabung dengan Abraham Accords. Kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat pada 2020 tersebut melibatkan Israel dan sejumlah negara Muslim.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Langkah ini diperkirakan akan memberikan Israel sekutu strategis di dekat Selat Bab el-Mandeb, sebuah jalur laut vital, serta di kawasan sekitar Yaman.
Latar Belakang Somaliland
Melansir situs Times of Israel, Somaliland merupakan wilayah yang mengatur dirinya sendiri di bagian utara Somalia. Wilayah ini terletak di selatan Teluk Aden dan berdekatan dengan Selat Bab el-Mandeb yang strategis.
Somaliland berbatasan dengan Somalia di timur, Ethiopia di selatan dan barat, serta Djibouti di barat laut. Wilayah ini memiliki garis pantai sepanjang sekitar 530 mil di Teluk Aden.
Secara internasional, Somaliland masih dianggap sebagai bagian dari Somalia. Sementara itu, Yaman berada di seberang Teluk Aden.
Somaliland terbagi ke dalam enam wilayah administratif dengan luas sekitar 68.000 mil persegi. Ibu kotanya, Hargeisa, dihuni sekitar 1,2 juta jiwa. Total populasi Somaliland diperkirakan mencapai 5,7 juta pada 2019.
Sebagian besar wilayah Somaliland memiliki iklim kering dan didominasi kawasan gurun, dengan kondisi arid hingga semi-arid. Somaliland memiliki tiga bahasa resmi, yakni Somali, Arab, dan Inggris. Islam menjadi agama resmi yang dianut sekitar 99 persen penduduknya, mayoritas Muslim Sunni.
Sejarah Somaliland
Somaliland menelusuri batas wilayah dan klaim keberadaannya hingga masa kolonial. Pada 1884, Inggris mulai menjalin perjanjian dengan berbagai klan di Somaliland dan kemudian membentuk Protektorat Somaliland.
Pada masa yang sama, Italia menguasai wilayah Somalia lainnya, sementara Prancis mengendalikan wilayah yang kini menjadi Djibouti.
Somaliland Britania meraih kemerdekaan pada 26 Juni 1960 dan diakui oleh lebih dari 30 negara. Wilayah ini kemudian memilih bersatu dengan Somaliland Italia untuk membentuk negara Somalia pada 1 Juli 1960.
Situasi di Somalia berubah drastis setelah Presiden Somalia Abdirashid Ali Shermarke dibunuh pada 1969. Peristiwa ini diikuti oleh kudeta militer yang dipimpin Jenderal Mohamed Siad Barre.
Siad Barre memerintah secara otoriter hingga 1991. Ia juga melancarkan invasi yang gagal ke wilayah Ogaden di Ethiopia pada 1977-1978, yang memperburuk konflik dalam negeri.
Dalam upaya mempertahankan kekuasaan, rezim Siad Barre memicu ketegangan antar klan, termasuk memusuhi klan Isaaq yang mayoritas berada di Somaliland. Gerakan Nasional Somalia (Somalia National Movement/SNM), yang didominasi klan Isaaq, memainkan peran penting dalam perlawanan terhadap pemerintah pusat di Mogadishu.
Ketegangan memuncak ketika rezim Siad Barre membombardir Hargeisa, ibu kota Somaliland, dan menewaskan puluhan ribu warga sipil.
Setelah Siad Barre digulingkan pada 1991 dan Somalia terjerumus dalam perang saudara berkepanjangan, Somaliland mendeklarasikan kemerdekaan. Meski masih diakui secara internasional sebagai bagian dari Somalia, Somaliland berkembang dengan jalur yang berbeda.
Melalui pertemuan adat antar klan, wilayah ini berhasil membangun stabilitas politik, membentuk pemerintahan sendiri, dan mengesahkan konstitusi melalui referendum pada 2001.






