Lifestyle

Islam Tegaskan Peran Krusial Ibu sebagai Pelindung dan Pendidik Utama dalam Membangun Generasi Rabbani

Advertisement

Ibu merupakan sosok sentral yang memiliki peran krusial dalam keluarga, sebuah posisi yang secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Dalam ajaran Islam, ibu tidak hanya dipandang sebagai pengurus rumah tangga, tetapi juga sebagai madrasah pertama yang membentuk keimanan dan akhlak generasi penerus.

Prof. Dr. St Wardah Hanafie dan Sitti Hadijah Rahman dalam buku Peran Ibu dalam Membentuk Generasi Rabbani (Perspektif Pendidikan Islam) menjelaskan bahwa ibu memikul tanggung jawab besar dalam memberikan kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan moral kepada anak-anak. Selain itu, ibu juga berperan penting dalam mendukung suami dan menjaga keharmonisan rumah tangga.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Senada, Khalid Abu Syady dalam karyanya Dekati Surga, Jauhi Neraka: Amal-Amal Calon Penghuni Surga menegaskan bahwa Islam menempatkan ibu pada posisi yang sangat mulia dan mendapatkan penghormatan tinggi. Kewajiban berbakti dan bersikap hormat kepada ibu ditegaskan dalam firman Allah SWT surah Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.

Perintah untuk berbakti kepada orang tua, khususnya ibu, juga diperkuat dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمْكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمَّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أَبُوكَ

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata: Datang seorang lelaki (Mu’awiyah bin Haidah) kepada Rasulullah SAW dan berkata: Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi SAW menjawab, “Ibumu” dan orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi SAW menjawab, “Ibumu” orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi? Nabi SAW menjawab, “Kemudian bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ayat Al-Qur’an dan hadits tersebut secara gamblang menunjukkan bahwa seorang ibu memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam kehidupan anak-anaknya. Mulai dari mengandung, melahirkan, hingga merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta pengorbanan, seluruh pengabdian ini mendapatkan penghargaan tinggi dalam ajaran Islam.

Peran Ibu dalam Keluarga Menurut Islam

1. Ibu sebagai Pelindung

Dalam keluarga, orang tua memiliki kedudukan penting sebagai pelindung dan pemelihara seluruh anggota keluarga. Peran pelindung ini tidak hanya diemban oleh bapak sebagai kepala keluarga, tetapi juga oleh ibu. Ibu memiliki peran strategis dalam memberikan perlindungan kepada keluarga, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual.

Naluri keibuan mendorong seorang ibu untuk senantiasa menjaga anak-anak dari berbagai bentuk bahaya, memastikan mereka tidak tersakiti, merasa tertekan secara emosional, atau kehilangan rasa aman. Demi kesejahteraan dan kebahagiaan anak, ibu rela melakukan berbagai pengorbanan.

Namun, tanggung jawab orang tua tidak berhenti pada pemenuhan kebutuhan fisik semata. Tanggung jawab yang lebih besar adalah memastikan anak mendapatkan pendidikan terbaik serta membimbing mereka agar selamat dari azab Allah SWT. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam surah at-Tahrim ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Meskipun ayat tersebut secara redaksional ditujukan kepada ayah, para ulama menegaskan bahwa pesan ayat ini juga berlaku bagi ibu. Keduanya memiliki kewajiban menjaga diri, pasangan, dan anak-anaknya dari perbuatan yang dapat menjerumuskan ke dalam siksa Allah SWT. Penguatan peran tersebut juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِبَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .

Artinya: “Ketahuilah, tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya… Dan seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya, dan kelak ia ditanya tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya serta atas anak-anaknya, dan kelak ia ditanya tentang mereka… Ketahuilah, tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian kelak ditanya tentang apa-apa yang dipimpinnya.”

Hadits ini menunjukkan bahwa ibu memiliki amanah besar sebagai pemimpin dalam lingkup rumah tangga. Dengan demikian, peran ibu sebagai pelindung dalam Islam tidak terbatas pada perlindungan fisik semata, tetapi juga mencakup perlindungan emosional dan spiritual. Melalui pelaksanaan peran tersebut secara optimal, ibu dapat berkontribusi dalam membentuk generasi yang kuat dalam keimanan, berakhlak mulia, dan siap menjadi pilar utama bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan diberkahi.

Advertisement

2. Ibu sebagai Pendidik

Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi berlangsungnya proses pendidikan anak. Di dalam keluarga, pendidikan dasar anak mulai dibentuk. Dalam Islam, ibu menjadi pendidik utama yang meletakkan fondasi awal bagi tumbuh kembang dan keberhasilan anak di masa depan, di samping pendidikan dari bapak.

Pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu memiliki pengaruh yang sangat mendalam karena dari sanalah karakter, akhlak, serta keimanan anak mulai terbentuk. Proses pendidikan tidak hanya berlangsung di lembaga formal seperti sekolah, tetapi juga terjadi secara berkesinambungan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini, ibu memiliki peran yang dominan karena kedekatannya dengan anak dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, pendidikan anak telah dimulai sejak sebelum ia dilahirkan, sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah al-A’raf ayat 172:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”

Dengan demikian, peran ibu sebagai pendidik dalam Islam sangatlah fundamental. Melalui bimbingan, keteladanan, dan pendidikan yang konsisten sejak dini, ibu berperan besar dalam membentuk pribadi anak yang beriman, berakhlak mulia, dan mampu menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Tanggung Jawab dan Tugas Ibu dalam Islam

Islam memberikan amanah besar kepada seorang ibu dalam kehidupan keluarga. Tanggung jawab tersebut mencakup berbagai aspek penting yang berkaitan langsung dengan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

1. Ibu Bertanggung Jawab Menyusui Anak

Allah SWT berfirman:

وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Artinya: “Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 233)

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut menjelaskan setiap ibu wajib menyusui anaknya sampai anak itu berusia dua tahun, sementara ayah wajib memenuhi ibu yang menyusui anaknya.

2. Mengasuh dan Mendidik Anak

Mengasuh dan mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama ayah dan ibu. Namun, ibu memiliki peran yang lebih intens karena kedekatannya dengan anak sejak masa kehamilan, melahirkan, hingga menyusui. Oleh sebab itu, waktu kebersamaan ibu dan anak cenderung lebih banyak. Ibu bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai Islam, seperti ajaran Al-Qur’an, hadits, akhlak, dan adab yang baik. Dalam Islam, ibu dikenal sebagai madrasah pertama bagi anak, sehingga karakter, kepribadian, dan masa depan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan pendidikan yang diberikan ibu. Meski demikian, keterlibatan ayah tetap penting agar pengasuhan berjalan seimbang dan saling melengkapi.

3. Menjadi Teladan yang Baik

Ibu berperan sebagai figur utama yang menjadi contoh bagi anak dalam perilaku, ibadah, dan etika. Pada masa usia dini, khususnya usia 0-6 tahun yang dikenal sebagai masa emas (golden age), anak cenderung meniru apa yang ia lihat dan dengar dari orang tuanya. Oleh karena itu, ibu dituntut untuk menampilkan keteladanan yang baik, seperti rajin beribadah, berakhlak mulia, dan menjaga tutur kata. Keteladanan yang konsisten menjadi metode pendidikan paling efektif dalam membentuk karakter anak sesuai nilai-nilai Islam.

4. Mengelola Rumah Tangga

Selain berperan sebagai pendidik, ibu juga memiliki tanggung jawab dalam mengelola rumah tangga. Ibu berperan sebagai pengatur dan penjaga keharmonisan keluarga, mulai dari mengurus kebutuhan rumah, mengelola keuangan, merawat anggota keluarga, hingga menciptakan suasana yang rukun dan penuh kasih sayang. Peran ini menjadikan ibu sebagai sosok sentral yang layak dihormati oleh seluruh anggota keluarga.

5. Berdoa dan Memohon Kebaikan

Islam memberikan keistimewaan pada doa orang tua, termasuk ibu. Doa orang tua bagi anaknya termasuk doa yang mustajab, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi SAW. bahwa doa orang tua, doa musafir, dan doa orang yang terzalimi termasuk doa yang pasti dikabulkan oleh Allah SWT.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ” ثَلاتُ دَعَوَاتٍ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكٍّ فِيهِنَّ

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW berkata: Ada tiga macam doa yang pasti diterima tanpa ragu lagi, yaitu: doa orang tua bagi anaknya, doa orang musafir, dan doa dari orang yang teraniaya.”

Karena itu, ibu dianjurkan untuk senantiasa mendoakan kebaikan bagi anak-anaknya, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Islam juga melarang orang tua mendoakan keburukan bagi anak, karena hal tersebut bertentangan dengan akhlak Islami dan prinsip pendidikan yang penuh kasih sayang.

Advertisement
Mureks