BANGKOK – Indonesia dan Thailand kembali memperkuat komitmen bersama dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati. Empat individu orangutan, yakni Bow, Noon, Jay, dan Raiking (Tua Yai), berhasil direpatriasi dari Thailand ke Indonesia pada Selasa, 23 Desember 2025.
Pemulangan satwa liar ini tidak hanya menandai tonggak penting dalam kerja sama konservasi kedua negara, tetapi juga menjadi bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Thailand. Hubungan bilateral kedua negara kini telah ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Thailand, Rachmat Budiman, menegaskan bahwa repatriasi ini memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar pemulangan satwa ke habitat asalnya.
“Repatriasi Bow, Noon, Jay, dan Raiking bukan sekadar pengembalian orangutan ke tanah asalnya, tetapi juga mencerminkan kuatnya persahabatan Indonesia dan Thailand. Serta, komitmen bersama untuk memperkuat upaya pencegahan perdagangan satwa liar ilegal langsung dari sumber permasalahan,” ujar Dubes Rachmat Budiman.
Setibanya di Indonesia, keempat orangutan tersebut akan menjalani proses rehabilitasi intensif di Sumatran Rescue Alliance Orangutan Rehabilitation and Rescue Center, yang berlokasi di Sumatra Utara. Sesuai kebijakan Pemerintah Indonesia, orangutan hanya dapat dilepasliarkan ke alam liar setelah mencapai usia minimal enam tahun dan dinilai mampu hidup mandiri.
Sejarah Panjang Kerja Sama Konservasi
Kerja sama konservasi antara Indonesia dan Thailand telah terjalin secara konsisten selama hampir dua dekade. Sejak tahun 2006, Thailand telah memfasilitasi repatriasi sebanyak 78 orangutan ke Indonesia. Sebagian besar dari orangutan yang dipulangkan tersebut berhasil direhabilitasi dan kemudian dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
Bahkan di tengah tantangan global seperti pandemi Covid-19, upaya kerja sama ini tidak terhenti. Repatriasi tetap berlanjut, seperti pemulangan Ung Aing, Natalie, dan Giant pada tahun 2020, serta Nobita, Shisuka, dan Brian pada tahun 2023.
Proses repatriasi terbaru ini juga menunjukkan koordinasi yang erat antar-lembaga dari kedua negara dan mendapat perhatian khusus dari Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari komitmen yang sebelumnya disepakati dalam Joint Commission Meeting Indonesia–Thailand pada Mei 2025 dan Indonesia–Thailand Security Dialogue pada Juli 2025.
KBRI Bangkok menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam keberhasilan repatriasi ini, termasuk:
- Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand
- Departemen Taman Nasional, Satwa Liar dan Konservasi Tanaman Thailand
- Kementerian Luar Negeri Thailand
- Departemen Bea Cukai Thailand
- Kepolisian Kerajaan Thailand
- Pusat Penyelamatan Satwa Liar Khao Pratubchang
- THAI Cargo
“Apresiasi juga disampaikan kepada mitra di Indonesia, yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sumatran Rescue Alliance. Kemudian, Center for Orangutan Protection, serta Garuda Indonesia,” tambah Dubes RI.
Diharapkan, Bow, Noon, Jay, dan Raiking dapat tumbuh sehat selama masa rehabilitasi dan pada waktunya nanti dapat kembali hidup bebas di habitat alaminya, memperkaya populasi orangutan di Indonesia.






