Hiburan

Fahad Haydra Ungkap Alasan Rizal Mantovani Larang Pangkas Rambut Jelang Syuting ‘Dusun Mayit’

Aktor Fahad Haydra, yang kembali berkolaborasi dengan sutradara Rizal Mantovani dalam film horor “Dusun Mayit”, mengungkapkan pengalaman unik selama proses syuting. Salah satu arahan tak terduga dari Mantovani adalah larangan bagi Fahad untuk memangkas rambutnya menjelang pengambilan gambar.

Film produksi Hitmaker Studios ini mulai tayang di bioskop Indonesia pada Rabu, 31 Desember 2025. Dalam “Dusun Mayit”, Fahad Haydra memerankan karakter Aryo, beradu akting dengan Amanda Manopo, Randy Martin, dan Ersya Aurelia.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Fahad menjelaskan, ia sempat bimbang mengenai penampilan rambutnya yang kala itu cukup panjang, apakah perlu dipangkas untuk menajamkan karakter Aryo. Namun, setelah bertemu langsung, Rizal Mantovani justru melarangnya.

“Waktu itu memang lagi lumayan panjang juga rambut saya, terus sempat menunggu kabar dari Mas Rizal, ‘Ini rambutnya mau dipotong atau bagaimana, Mas?’ Setelah Mas Rizal ngelihat langsung, dia bilang: Kayaknya enggak usah dipotong deh,” ujar Fahad. Ia melanjutkan, “(Mas Rizal bilang) biar lebih kelihatan mahasiswa dan juga bakal lebih menarik kalau di atas gunung dengan adegan-adegan yang beragam, dengan rambut yang rada panjang, kayaknya lebih menarik.”

“Dusun Mayit” sendiri mengisahkan petualangan Aryo (Fahad Haydra) bersama Nita (Ersya Aurelia), Yuni (Amanda Manopo), dan Raka (Randy Martin) saat mendaki Gunung Welirang. Setelah Nita menemukan sesajen dan jatuh ke telaga, sikapnya mulai menunjukkan kejanggalan. Keempat sekawan ini kemudian tersesat di Dusun Mayit, sebuah desa gaib yang menuntut tumbal.

Produser Manoj Punjabi mengakui bahwa film ini memiliki anggaran produksi yang cukup tinggi, bahkan melebihi beberapa film drama yang pernah ia garap.

Sikap Demokratis Rizal Mantovani di Lokasi Syuting

Ini merupakan kolaborasi kedua Fahad dengan Rizal Mantovani, membuatnya semakin memahami kekhasan sang sutradara. Fahad Haydra menyebut Rizal Mantovani sebagai sutradara yang sangat demokratis. Ia selalu merespons hangat usulan para pemain terkait dialog atau aspek lainnya.

“Dia tuh bakal mencoba dulu kayak: Oh boleh kita coba dulu kayak gitu, kalau memang ini lebih oke, kita pakai yang itu,” beber Fahad.

Ia menambahkan, “Kadang kan kita kalau lagi syuting merasa ada adegan yang rada janggal. Kita sebagai pemain berpikir lebih baiknya begini, tapi takut ngomong. Tapi kalau sama Mas Rizal, dia yang benaran open banget. Demokratis.”

Tantangan Syuting di Gunung Welirang

Terkait pengalaman syuting di Gunung Welirang, Fahad Haydra mengenang momen pendakian yang dimulai sejak pukul 03.00 pagi. Para pemain baru tiba di puncak Welirang menjelang siang hari untuk memulai syuting.

Kondisi di lokasi syuting cukup ekstrem, dengan angin dingin yang menusuk meskipun matahari bersinar terik. “Di situ matahari terik cuma dingin. Anginnya dingin. Jadi enggak berasa tuh pas sudah turun keesokan harinya ada yang sunburn segala macam. Karena enggak ada persiapan kayak kita tuh enggak tahu di atas bakal bagaimana,” pungkas Fahad.

Mureks