Teknologi

Dominasi Model AI Tertutup Runtuh di 2025, Perusahaan Global Beralih ke Open-Source

Narasi dominan dalam industri kecerdasan buatan (AI) yang menyebut model tertutup (proprietary) lebih unggul dari model terbuka mulai runtuh pada tahun 2025. Sebuah laporan terbaru dari Cloudera menunjukkan tren signifikan di mana perusahaan global semakin beralih ke model bahasa besar (LLM) open-source untuk membangun agen AI mereka.

Dominasi Model Tertutup Mulai Runtuh

Pergeseran ini bukan sekadar mencari alternatif gratis. Laporan Cloudera berjudul “The Future of Enterprise AI Agents” menyoroti perkembangan pesat model terbuka seperti Llama, Mistral, dan DeepSeek. Komunitas pengembang global berhasil membuktikan bahwa kinerja model open-source kini mampu menyaingi, bahkan dalam beberapa kasus melampaui, sistem proprietari dalam kasus penggunaan perusahaan yang krusial.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Efisiensi Biaya Dorong Perusahaan Beralih

Alasan utama di balik migrasi ini adalah rasionalitas ekonomi yang tak terbantahkan. Ketergantungan pada model tertutup menjadi beban biaya yang tidak berkelanjutan bagi perusahaan yang beroperasi dalam skala besar. Laporan Cloudera memberikan ilustrasi tajam: “jika sebuah model proprietari hanya memberikan peningkatan kinerja marjinal, misalnya peningkatan 1% dalam tugas tolok ukur, tetapi membebani perusahaan dengan biaya 10 kali lipat lebih mahal, maka kasus bisnisnya menjadi tidak valid.”

Terobosan terbaru menunjukkan bahwa model open-source adalah rute yang jauh lebih hemat biaya bagi perusahaan. Hal ini mendorong Chief Information Officer (CIO) dan Chief Technology Officer (CTO) untuk mengevaluasi ulang strategi pengeluaran AI mereka, beralih dari menyewa kecerdasan mahal menjadi mengadopsi model terbuka yang efisien.

Fleksibilitas dan Kedaulatan Data Jadi Pertimbangan Utama

Selain faktor biaya, isu vendor lock-in atau ketergantungan pada satu vendor menjadi pendorong utama lainnya. Sebagian besar model tertutup terikat pada cloud publik atau API tertentu, menciptakan tantangan besar terkait kedaulatan data dan integrasi dengan infrastruktur yang sudah ada.

Sebaliknya, model open-source menawarkan fleksibilitas penerapan yang tidak dapat ditandingi oleh vendor proprietari. Model terbuka dapat di-hosting secara mandiri (self-hosted) atau disebarkan di lingkungan cloud pribadi maupun hibrida. Kemampuan ini memudahkan perusahaan untuk mematuhi persyaratan keamanan dan kepatuhan yang ketat, serta menjaga data sensitif tetap berada di dalam kendali penuh perusahaan.

Data survei dalam laporan tersebut mendukung tren ini, dengan 41% responden menyatakan mereka menggunakan alat dan perpustakaan low-code atau open-source untuk membangun agen AI mereka. Dengan keunggulan mulai dari efisiensi biaya hingga kendali lebih besar atas data, keuntungan strategis dari model open-source menjadi semakin jelas. Tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun di mana dominasi model tertutup ditantang secara serius oleh demokratisasi teknologi AI.

Mureks