Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Heru Widodo menegaskan kesiapan penuh layanan penyeberangan untuk menghadapi arus balik Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Kesiapan ini mencakup penguatan armada, peningkatan keselamatan, optimalisasi pelabuhan, serta koordinasi lintas instansi terkait.
“Operasional penyeberangan dilaksanakan mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan, ASDP berfokus pada kesiapan layanan bagi pengguna jasa,” kata Heru dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (28/12).
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Heru menjelaskan, pasca-perayaan Hari Raya Natal 2025, pergerakan masyarakat di jalur penyeberangan utama nasional terpantau masih terkendali. Ia menyebut bahwa tingkat pemanfaatan kuota penyeberangan belum tinggi, sehingga masyarakat memiliki fleksibilitas dalam merencanakan perjalanan.
“Di tengah mulai terbentuknya arus balik libur Tahun Baru 2026, tingkat pemanfaatan kuota penyeberangan belum tinggi, sehingga masyarakat masih memiliki ruang untuk merencanakan perjalanan feri secara lebih fleksibel dan terukur,” ujarnya.
Berdasarkan data Posko Angkutan Natal dan Tahun Baru 2025/2026 per Jumat (17/12) pukul 08.00 WIB, tingkat pemanfaatan kuota tiket lintasan Jawa–Sumatra dan Jawa–Bali hingga Hari Raya Natal baru mencapai sekitar 31,83 persen. Sementara itu, pemesanan untuk periode pasca-Natal hingga awal tahun baru masih berada pada kisaran 4,32 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa kuota penyeberangan secara umum masih relatif longgar.
Situasi tersebut menjadi momentum bagi masyarakat untuk mengatur perjalanan dari jauh hari. Heru mengimbau agar pengguna jasa tidak menunggu puncak arus balik.
“Kami mengimbau pengguna jasa agar tidak menunggu puncak arus balik. Dengan kuota yang masih tersedia, masyarakat dapat memilih waktu perjalanan yang lebih nyaman dan terhindar dari kepadatan,” bebernya.
Pada puncak pergerakan pasca-Natal yang terjadi pada 26 Desember 2025 atau H+1, tingkat pemanfaatan kuota di sejumlah pelabuhan menunjukkan variasi. Di lintasan Jawa–Sumatra, Pelabuhan Merak mencatat tingkat keterisian sekitar 16,49 persen, Pelabuhan Ciwandan 62,47 persen, dan Pelabuhan Bakauheni 22,52 persen.
Sementara itu, di lintasan Jawa–Bali, Pelabuhan Ketapang mencatat 48,65 persen dan Pelabuhan Gilimanuk mencapai 69,09 persen. Tingginya pemanfaatan kuota di pelabuhan alternatif seperti Ciwandan dan Gilimanuk mencerminkan pola perjalanan yang mulai menyebar dan tidak terpusat di satu titik.
Pada H+1 Natal, data Posko Merak yang mencakup Pelabuhan Merak, Ciwandan, dan BBJ Bojonegara mencatat 123 trip kapal beroperasi selama 24 jam. Total penumpang yang menyeberang dari Jawa ke Sumatra mencapai 33.910 orang, angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.






