Dalam setiap episode perjalanan hidup, manusia tak jarang dihadapkan pada berbagai bentuk penolakan, kekecewaan mendalam, sikap acuh tak acuh, bahkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Realitasnya, tidak semua orang akan selalu menyukai kita, dan tidak setiap keadaan akan berpihak pada setiap harapan yang kita gantungkan. Di titik inilah, seringkali hati terasa lelah dan pikiran dipenuhi beban.
Mencari Harmoni di Tengah Ketidakpastian Hidup
Seringkali, kita membayangkan sebuah kehidupan yang harmonis sebagai kondisi ideal: hubungan yang selalu baik, lingkungan yang ramah, serta rasa aman yang senantiasa menyelimuti hari-hari. Namun, pada kenyataannya, keharmonisan semacam itu tidak selalu dapat kita rasakan, apalagi ciptakan sepenuhnya. Ada hukum sebab-akibat yang bekerja, ada peristiwa yang terjadi di luar kendali, dan ada pula sikap manusia lain yang terkadang sulit untuk kita pahami.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Fakhriyane Bella Dina, seorang penulis dan lulusan Pendidikan Bahasa Inggris, dalam refleksinya yang dipublikasikan pada Jumat, 26 Desember 2025, menyoroti sebuah kebenaran fundamental. “Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain bersikap, berpikir, atau menilai,” tulis Fakhriyane. Ini adalah pengakuan penting yang perlahan perlu kita sadari.
Ketenangan Batin: Sebuah Pilihan dan Tanggung Jawab Pribadi
Lantas, apa yang sebenarnya bisa kita kendalikan? Menurut Fakhriyane, yang benar-benar berada dalam genggaman kita hanyalah satu hal: respons diri kita sendiri. Menjalani kehidupan dengan rasa aman dan tenang sejatinya adalah sebuah pilihan, bukan karena hidup selalu berjalan mulus, melainkan karena kita memilih untuk menjaga batin tetap waras.
Menjaga emosi, merawat suasana hati, dan mengatur cara berpikir adalah bentuk tanggung jawab pribadi yang seringkali luput dari perhatian. Ketenangan batin, lanjut Fakhriyane, tidak datang dari faktor eksternal, melainkan tumbuh dari dalam diri. Ia lahir ketika kita berhenti menghabiskan energi untuk mengendalikan hal-hal yang berada di luar jangkauan, dan mulai memusatkan perhatian pada apa yang bisa kita perbaiki dari dalam: sikap, niat, dan cara memaknai peristiwa.
Refleksi Diri sebagai Kunci Harmoni Internal
Harmoni dalam hubungan, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, selalu berawal dari dalam. Apa yang kita pancarkan akan kembali kepada kita dalam bentuk yang serupa. Ketika kita menghadirkan ketenangan, lingkungan perlahan akan merespons dengan energi yang sama.
Refleksi diri menjadi salah satu jalan esensial untuk menjaga keseimbangan tersebut. Dengan memberi ruang bagi diri sendiri untuk berpikir, merasakan, dan memahami, kita belajar menyelaraskan hati dan pikiran. Di sanalah rasa syukur menemukan maknanya yang paling sederhana: menerima hidup apa adanya, sambil terus berusaha menjadi versi diri yang lebih tenang dan utuh.
Pada akhirnya, hidup mungkin tidak selalu menyajikan keharmonisan yang sempurna. Namun, selama kita mampu menjaga kedamaian di dalam diri, keharmonisan itu akan selalu memiliki tempat untuk kembali dan bersemi.






