Madinah Al-Munawwarah, Selasa, 23 Desember 2025 – Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia memadati Madinah Al-Munawwarah setiap tahunnya. Mereka datang dengan satu tujuan mulia: berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW, sebuah tempat yang sarat sejarah dan menjadi simbol kecintaan serta penghormatan kepada Rasulullah SAW.
Makam Nabi Muhammad SAW memiliki lokasi yang sangat istimewa. Seperti dikutip dari buku Keajaiban Masjid Nabawi karya M. Irawan, makam suci ini berada di dalam kompleks Masjid Nabawi, tepatnya di kamar Aisyah RA. Dahulu, area tersebut merupakan rumah sederhana Rasulullah SAW yang langsung berdampingan dengan masjid.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah. Beliau dimakamkan di tempat beliau menghembuskan napas terakhir, sesuai dengan sabda beliau sendiri:
Tidaklah seorang nabi wafat, kecuali ia dimakamkan di tempat ia wafat.(HR. Tirmidzi).
Seiring berjalannya waktu dan perluasan Masjid Nabawi, kamar Aisyah RA kini sepenuhnya berada di dalam area masjid. Di dekat makam Nabi SAW, terdapat pula Raudhah, sebuah area yang terletak di antara mimbar dan rumah Nabi SAW.
Raudhah dikenal sebagai salah satu taman surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.(HR. Bukhari dan Muslim). Area ini menjadi tempat yang sangat diutamakan untuk berdoa dan melaksanakan salat sunnah bagi para jamaah.
Sejarah Pemakaman Rasulullah SAW
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, para sahabat sempat bermusyawarah untuk menentukan lokasi pemakaman beliau. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA kemudian mengingatkan kembali sabda Nabi SAW mengenai tempat wafatnya para nabi.
Akhirnya, diputuskan bahwa Rasulullah SAW dimakamkan di kamar Aisyah RA. Dalam buku Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa yang ditulis Ahmad Rofi’ Usmani, dijelaskan bahwa di dalam hujrah tersebut terdapat tiga makam mulia:
- Makam Nabi Muhammad SAW
- Makam Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
- Makam Umar bin Khattab RA
Ketiga makam tersebut tersusun sejajar, dengan posisi Rasulullah SAW di bagian paling depan, diikuti oleh Abu Bakar RA, dan kemudian Umar RA. Makam Nabi Muhammad SAW sendiri tidak dapat terlihat langsung oleh para jamaah.
Area makam dilindungi oleh dinding dan pagar berwarna hijau yang dikenal sebagai Rawdah dan Hujrah Nabawiyah. Di bagian luarnya, terdapat kisi-kisi yang menghadap ke arah makam. Aisyah RA pernah meriwayatkan:
Seandainya tidak dikhawatirkan makam beliau dijadikan tempat ibadah, niscaya makam Rasulullah SAW akan ditampakkan.(HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan Berziarah ke Makam Nabi SAW
Ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW sangat dianjurkan sebagai wujud penghormatan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW, selama tidak disertai dengan keyakinan yang menyimpang dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa berziarah ke kuburanku, maka wajib baginya syafaatku.(HR. Ad-Daraquthni, dinilai hasan oleh sebagian ulama).
Meskipun demikian, para ulama menegaskan bahwa tujuan utama perjalanan ke Madinah adalah untuk melaksanakan salat di Masjid Nabawi, bukan semata-mata untuk berziarah ke makam.
Adab Ziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW
Agar ibadah ziarah bernilai pahala dan sesuai dengan tuntunan sunnah, terdapat beberapa adab yang perlu diperhatikan oleh setiap peziarah:
- Mengucapkan Salam kepada Rasulullah SAW
Disunnahkan bagi peziarah untuk berdiri dengan tenang di hadapan makam dan mengucapkan salam, seperti: Assalāmu ‘alaika yā Rasūlallāh, assalāmu ‘alaika yā Nabiyyallāh.
- Tidak Berdoa Menghadap Makam
Doa harus senantiasa ditujukan hanya kepada Allah SWT, bukan kepada makam atau penghuni kubur. Tidak dibenarkan untuk meminta sesuatu kepada Nabi SAW setelah wafatnya.
- Tidak Berlebihan dalam Ekspresi
Peziarah dianjurkan untuk tidak menangis secara berlebihan, menyentuh pagar makam, mencium dinding, atau melakukan ritual lain yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ziarah harus dilakukan dengan khusyuk, tenang, dan tidak mengganggu kenyamanan jamaah lain.
- Larangan Berlebihan dalam Mengagungkan Makam
Rasulullah SAW telah memberikan peringatan tegas kepada umatnya agar tidak berlebihan dalam mengagungkan makam, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum terdahulu. Beliau bersabda:
Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan.
(HR. Abu Dawud). Hadits ini menjadi landasan penting agar praktik ziarah tetap berada dalam koridor tauhid dan sunnah.






