Berita

Departemen Kehakiman AS Hadirkan Kembali Foto Donald Trump dari Berkas Epstein yang Sempat Dihapus

Advertisement

Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) pada Minggu, 21 Desember 2025, secara resmi menghadirkan kembali sebuah foto yang menampilkan Presiden Donald Trump dari berkas Jeffrey Epstein. Keputusan ini diambil setelah foto tersebut sempat dihapus dari akses publik, memicu kritik luas dari berbagai pihak.

Penghapusan sementara foto Presiden Trump tersebut terjadi kurang dari 24 jam setelah dokumen-dokumen terkait Epstein dipublikasikan pada Jumat lalu. Insiden ini juga menyusul hilangnya 16 berkas penting dari situs resmi DOJ, yang semakin menambah pertanyaan publik.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Detail Foto dan Penjelasan DOJ

Foto yang menjadi sorotan tersebut merupakan bagian dari koleksi barang yang ditemukan di dalam atau di atas meja kerja Epstein. Terdapat dua gambar terpisah yang relevan dengan Presiden Trump.

Satu foto memperlihatkan Trump berpose bersama sekelompok perempuan, sementara foto lainnya yang telah lama beredar luas menampilkan Trump dan istrinya, Melania Trump, bersama Epstein dan rekannya, Ghislaine Maxwell.

Melalui unggahan di platform X, DOJ menjelaskan alasan di balik penghapusan sementara tersebut. “Distrik Selatan New York menandai gambar Presiden Trump untuk potensi tindakan lebih lanjut guna melindungi para korban,” tulis DOJ, merujuk pada pertimbangan perlindungan terhadap para penyintas pelecehan Epstein.

Ratusan Ribu Dokumen Belum Dirilis

Selain mengembalikan foto tersebut, Departemen Kehakiman juga menyatakan bahwa masih terdapat ratusan ribu halaman catatan terkait Epstein yang belum dirilis ke publik. Dokumen-dokumen ini, yang mencakup foto, dokumen internal, serta arsip pengadilan, saat ini masih dalam proses peninjauan intensif.

Advertisement

Wakil Jaksa Agung Todd Blanche menegaskan bahwa pihaknya belum dapat memenuhi tenggat waktu pengungkapan yang ditetapkan Kongres tanpa risiko membahayakan para penyintas pelecehan Epstein. “Alasan kami masih meninjau dokumen adalah murni untuk melindungi para korban,” ujar Blanche.

Ia menambahkan bahwa ribuan catatan mengandung informasi yang sangat sensitif dan memerlukan penilaian secara individual untuk memastikan tidak ada korban yang dirugikan. Saat ini, lebih dari 200 pengacara dikerahkan untuk meninjau dokumen-dokumen tersebut secara berkelanjutan.

Meskipun skala dan sensitivitas materi memperlambat proses pengungkapan, DOJ menegaskan bahwa seluruh dokumen pada akhirnya akan dipublikasikan. Dalam rilis awal pada Jumat, dokumen yang dibuka ke publik mencakup foto, transkrip wawancara, catatan panggilan, serta pengajuan pengadilan.

Namun, sejumlah materi penting, seperti wawancara FBI dengan para penyintas dan memorandum internal terkait keputusan dakwaan, belum disertakan dalam rilis tersebut.

Advertisement
Mureks