Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Mataram tengah menyiapkan gebrakan untuk mengangkat kain Tenun Mataram ke panggung yang lebih kekinian. Konsep pengembangan tenun lokal ini akan memadukan sentuhan modern tanpa mengikis akar tradisi yang telah mengakar.
Motif-motif klasik Tenun Mataram akan tetap dipertahankan, namun dikemas dengan lebih segar agar mudah dipadukan dengan gaya busana masa kini. Langkah ini diharapkan tidak hanya melestarikan Tenun Mataram, tetapi juga mendekatkannya dengan generasi muda dan memperluas jangkauan pasar.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Ketua Dekranasda Kota Mataram, Hj Kinnastri Mohan Roliskana, pada Senin (29/12) di Mataram, menegaskan bahwa upaya ini merupakan langkah strategis Kota Mataram untuk memiliki aset tenun khas, serupa dengan kabupaten/kota lain di Pulau Lombok.
Dekranasda Mataram Ingin Tepikan Anggapan Tak Punya Aset Tenun
“Dengan konsep Tenun Mataram yang akan kami kembangkan, dapat menepis anggapan Mataram tidak memiliki aset tenun seperti kabupaten lain di daerah ini,” ujar Kinnastri, mengutip pernyataan aslinya.
Kinnastri menjelaskan, konsep pengembangan kain Tenun Mataram ini terinspirasi dari penemuan seorang penenun asli asal Kota Mataram, yang kemudian menjadi embrio bagi pengembangan Tenun Mataram. Dekranasda akan memodifikasi tenun yang sudah ada dengan tetap menjaga pakem Sasak, namun dikombinasikan dengan motif khas Kota Mataram seperti motif Sangkareang.
“Jika itu sudah bisa dibuat, maka ke depan jumlah penenun juga akan kami tambah dengan melakukan pelatihan dan pendampingan bagi warga Kota Mataram yang memiliki bakat minat menenun,” tambahnya.
“Dengan demikian, selain memiliki Batik Mataram, ke depan Kota Mataram juga punya Tenun Mataram yang memang dibuat langsung oleh masyarakat Mataram. Kami tidak mau, Tenun Mataram dibuat oleh orang luar kota. Kami ingin Tenun Mataram dan Batik Mataram benar-benar dibuat warga Kota Mataram,” tegas Kinnastri, menekankan pentingnya produksi lokal.
Targetkan Satu Kecamatan Satu Kampung Tenun
Tidak menutup kemungkinan, program ‘satu kecamatan satu kampung batik’ yang telah berjalan untuk Batik Mataram akan diadopsi menjadi ‘satu kecamatan satu kampung tenun Mataram’. Ini sebagai upaya melestarikan warisan budaya sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.
Langkah ini juga menjadi bagian dari transformasi Dekranasda Kota Mataram sebagai motor penggerak usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar mampu bersaing hingga ke pasar internasional.
“InsyaAllah, kalau kita mau dan punya komitmen yang sama, konsep pengembangan kain batik dan tenun di Mataram bisa tercapai,” harapnya.
Untuk Batik Mataram sendiri, saat ini masih mengambil motif utama Gapura Sangkareang, yang menjadi ciri khas dan kearifan lokal. Motif ini menjadi gerbang kreativitas dan inovasi masyarakat, dengan harapan setiap kecamatan minimal memiliki 10 hingga 20 pembatik aktif yang berproduksi secara berkelompok. Hal ini bertujuan untuk memperkuat identitas budaya lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan perajin.






