Olahraga

Datuk Rashid Sidek: Bintang Prancis Siap Guncang Dominasi Bulu Tangkis Dunia di Olimpiade 2028

Advertisement

Mantan pemain bulu tangkis nomor satu dunia, Datuk Rashid Sidek, melontarkan keyakinan bahwa bintang-bintang muda Prancis siap mengguncang dominasi global dan merebut medali emas Olimpiade pertama mereka di Los Angeles 2028. Rashid melihat “Revolusi Prancis” yang dipimpin oleh Christo Popov, Toma Junior Popov, dan Alex Lanier telah mengubah lanskap bulu tangkis Eropa.

“Christo membuktikan bahwa pemain bulu tangkis Prancis memiliki kualitas tinggi dengan memenangkan World Tour Finals (WTF) baru-baru ini,” kata Rashid kepada Timesport pada Kamis (25/12/2025). “Saya tidak akan terkejut jika dia, Lanier, atau bahkan Toma berhasil memenangkan medali emas Olimpiade 2028.”

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Dominasi Christo Popov di World Tour Finals

Christo Popov, yang kini berusia 23 tahun, baru-baru ini mengejutkan banyak pihak dengan merebut gelar tunggal putra BWF World Tour Finals di Hangzhou pada 21 Desember. Dalam perjalanannya menuju podium juara, pemain peringkat 7 dunia ini berhasil menumbangkan empat dari lima pemain top dunia.

Para pemain elite yang dikalahkan Christo Popov antara lain Shi Yu Qi (peringkat 1 dunia), Kunlavut Vitidsarn (peringkat 2), Anders Antonsen (peringkat 3), dan Jonatan Christie (peringkat 4). Kemenangan ini menjadi bukti nyata kualitas dan potensi besar yang dimiliki Christo.

Jejak Gemilang Alex Lanier dan Peran Keluarga Popov

Tidak hanya Christo, Alex Lanier (21 tahun) juga mencatatkan sejarah gemilang. Tahun lalu, Lanier menjadi pemain Prancis pertama yang berhasil memenangkan gelar Super 750 di Japan Open. Prestasi tersebut diperkuat tahun ini dengan menjadi pemain termuda yang menjuarai Kejuaraan Eropa.

Rashid Sidek menyoroti bahwa kesuksesan saudara-saudara Popov tidak lepas dari bimbingan sang ayah sekaligus pelatih mereka, Toma Popov Senior. Toma Popov Senior adalah mantan pemain internasional Bulgaria yang memutuskan pindah ke Prancis pada tahun 2003.

Advertisement

“Selalu membantu jika sang ayah juga menjadi pelatih karena kepercayaan antara pemain dan pelatih sangat kuat. Kerja sama tim Popov telah berlangsung selama lebih dari 10 tahun,” jelas Rashid, yang juga merupakan peraih medali perunggu Olimpiade. Ia menambahkan, “Toma Senior mulai melatih sejak usia dini, yang memberinya pengetahuan tambahan. Dia juga terbuka terhadap saran dari pelatih Asia untuk mengembangkan program latihannya.”

Kekuatan Mental Eropa dan Persaingan Global

Rashid juga menggarisbawahi kemandirian dan kekuatan mental para pemain Eropa sebagai keunggulan kompetitif. Menurutnya, hal ini memberikan mereka keunggulan atas banyak negara top, kecuali Indonesia, yang terus-menerus melahirkan talenta berbakat seperti Alwi Farhan dan Zaki Ubaidillah.

Meskipun mantan juara dunia Kunlavut Vitidsarn tetap menjadi ancaman serius untuk Olimpiade 2028, Rashid menilai para pemain Malaysia seperti Lee Zii Jia, Leong Jun Hao, dan Justin Hoh masih kurang konsisten untuk membendung momentum kebangkitan Prancis.

Toma Junior Popov, yang kini berusia 27 tahun, sempat mencapai babak 16 besar Olimpiade Paris 2024. Namun, Christo yang lebih muda atau Lanier yang sedang berada di puncak performanya, diunggulkan sebagai kandidat terkuat untuk meraih medali di Olimpiade Los Angeles 2028.

Advertisement
Mureks