Regional

Bupati Buleleng Kaget, SMP Negeri 6 Tejakula Krisis Ruang Kelas

Advertisement

Pemerintah Kabupaten Buleleng merespons cepat krisis ruang belajar yang masih dialami SMP Negeri 6 Tejakula di Desa Les, Kecamatan Tejakula. Sekolah ini terpaksa menerapkan sistem pembelajaran shift atau giliran karena jumlah ruang kelas yang tidak sebanding dengan ratusan siswanya.

Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, mengaku terkejut saat mengetahui kondisi keterbatasan fasilitas di sekolah tersebut. “Ini sebuah kejutan, saya baru tahu bahwa SMP 6 Tejakula hanya punya tiga ruang kelas. Kemudian ruang laboratorium yang dipakai untuk ruang guru,” ujarnya pada Senin (8/12/2025) di Buleleng.

Lonjakan jumlah siswa yang kini mencapai lebih dari 300 orang memerlukan antisipasi segera. Sutjidra menekankan bahwa penambahan ruang kelas sangat mendesak agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan normal. Ia menambahkan, siswa kelas VIII dan IX yang menjadi prioritas perlu mendapat perhatian khusus dengan adanya shift pagi.

Sebagai solusi, Sutjidra memastikan pemerintah daerah akan membangun empat ruang kelas baru beserta fasilitas pendukung lainnya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2027. “Empat ruang kelas yang dijanjikan tahun 2027 itu kita pakai APBD. Ruang kelas, toilet putra-putri masing-masing tiga, kemudian wantilan semua dari APBD. Ini untuk peningkatan sarana prasarana anak-anak kita,” jelasnya.

Advertisement

SMP Negeri 6 Tejakula, yang berdiri sejak 2016, selama bertahun-tahun hanya memiliki tiga ruang kelas aktif. Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, I Nyoman Kartika Awan, menjelaskan kondisi ini memaksa sekolah menerapkan pembelajaran dua shift, pagi dan sore. “Karena hanya memiliki tiga ruang kelas sehingga proses pembelajaran double shift pagi–sore. Selain itu, kami juga pinjam 4 ruang kelas di SD Negeri 3 Les,” ungkapnya.

Pemberian dua ruang kelas baru dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai lebih dari Rp 600 juta memang sedikit membantu. Namun, kebutuhan ruang belajar masih jauh dari ideal. Dengan total 326 siswa yang terbagi dalam 11 rombongan belajar, sekolah idealnya membutuhkan minimal 11 ruang kelas.

Selain ruang kelas, fasilitas pendukung seperti ruang guru, ruang kepala sekolah, dan laboratorium juga belum tersedia memadai. “Kami belum punya ruang kepala sekolah, guru, dan tenaga admin. Untuk ruang guru sekarang kita memanfaatkan perpustakaan. Ruang laboratorium juga kita pakai belajar,” tambah Awan.

Advertisement