Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama banjir parah yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dalam sebulan terakhir. Di Kabupaten Bireuen, Aceh, intensitas hujan bahkan mencapai 418 milimeter dalam kurun waktu 24 jam.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa angka tersebut setara dengan curah hujan empat hingga lima bulan yang turun dalam satu malam. “Di beberapa titik, seperti Bireuen, itu bahkan mencapai 418 milimeter dalam 24 jam. Kalau kita punya 418 milimeter dalam satu hari, itu kira-kira curah hujan kurun empat sampai lima bulan turun dalam satu malam,” ujar Abdul dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (26/12).
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Abdul Muhari menambahkan bahwa dampak terparah akibat Siklon Tropis Senyar ini terasa di daerah pesisir timur Aceh. “Inilah kenapa untuk Aceh, daerah-daerah di pesisir Timur ini adalah daerah yang paling parah dampaknya akibat Siklon Tropis Senyar ini,” tegasnya.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada periode 25–27 November 2025 menunjukkan bahwa sejumlah wilayah di pesisir timur Aceh, serta beberapa daerah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, mengalami hujan dengan kategori sangat ekstrem.
“Tidak hanya di Aceh, ini juga di Sumatera Utara. Beberapa daerah, baik itu di pesisir Barat, maupun Timur mengalami intensitas hujan yang sangat tinggi,” kata Abdul. Ia melanjutkan, “Sumatera Barat juga demikian. Ada beberapa daerah, khususnya di pesisir Barat yang juga mengalami beberapa kali kondisi curah hujan ekstrem.”
Curah Hujan Ekstrem dan Dampaknya
BMKG mengkategorikan curah hujan di atas 150 milimeter dalam 24 jam sebagai hujan ekstrem. Kondisi ini, menurut Abdul, telah berdampak pada hampir 52 kabupaten dan kota di tiga provinsi tersebut. “BMKG mengkategorikan kalau curah hujan itu intensitasnya di atas 150 milimeter dalam satu malam, satu hari 24 jam, maka ini termasuk kategori intensitas hujan ekstrem. Nah inilah yang kemudian mengakibatkan hampir 52 kabupaten/kota terdampak di 3 provinsi,” jelasnya.
BNPB mencatat bahwa intensitas hujan akibat Siklon Tropis Senyar di Aceh merupakan yang tertinggi dalam enam tahun terakhir berdasarkan data BMKG. “Siklon Senyar di Aceh ini adalah catatan intensitas curah hujan paling tinggi yang di-record oleh BMKG dalam 6 tahun terakhir,” tutur Abdul.
Angka ini melampaui catatan hujan ekstrem pada peristiwa besar sebelumnya, seperti di Jakarta pada tahun 2020 yang mencapai 377 milimeter per hari, dan di Nusa Tenggara Timur pada April 2021 sebesar 306 milimeter per hari.
Hingga Jumat (26/12), bencana banjir dan longsor ini telah mengakibatkan total 1.137 korban meninggal dunia. Selain itu, 163 orang masih dinyatakan hilang dan dalam proses pencarian oleh Basarnas. Jumlah pengungsi tercatat sebanyak 457.255 jiwa yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.






