Industri perbankan syariah di Indonesia semakin menguat dengan resmi berdirinya PT Bank Syariah Nasional (BSN) pada Minggu, 28 Desember 2025. BSN, yang merupakan hasil spin-off dari unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), kini menjadi bank umum syariah (BUS) kedua terbesar di Tanah Air dengan target aset menembus Rp100 triliun dalam dua tahun ke depan.
Bank Syariah Nasional telah memulai operasionalnya secara serentak di seluruh cabang di Indonesia sejak Senin, 22 Desember 2025. Direktur Utama BSN, Alex Sofjan Noor, menegaskan bahwa dimulainya layanan nasional ini membuktikan langkah perseroan sesuai dengan peta jalan yang telah ditetapkan.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
“Peresmian operasional BSN pada hari ini merupakan hasil kerja keras dari rangkaian proses panjang yang dilalui perseroan dengan dukungan kuat para pemangku kepentingan. Kami percaya, dengan kekuatan fundamental yang dimiliki BSN serta peluang yang masih terbuka luas di ekosistem perbankan syariah, perseroan dapat meningkatkan kinerja sekaligus memantapkan posisi sebagai katalisator,” ujar Alex usai melayani nasabah BSN di Kantor Cabang Jakarta Harmoni pada Senin (22/12/2025).
Pendirian bank syariah pelat merah ini melalui proses yang tidak mudah dan menempuh perjalanan panjang. Untuk mempermudah pembentukan entitas baru, BTN mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVS) pada 10 Juni 2025. Akuisisi ini menjadikan BVS sebagai perusahaan “cangkang” bagi BTN Syariah, sebuah metode yang dinilai lebih efisien dibandingkan harus membentuk perseroan terbatas (PT) baru.
PT Bank Victoria Syariah sebelumnya dimiliki oleh BVIC, PT Victoria Investama Tbk. (VICO), dan Balai Harta Peninggalan Jakarta. Ketiga entitas ini merupakan bagian dari Victoria Group, konglomerasi milik keluarga Tanojo, dengan Suzanna Tanojo, putri pendiri Wings Group, sebagai bosnya. Nilai akuisisi BVS mencapai Rp1,5 triliun.
Dengan modal awal sekitar Rp3,5 triliun, ditambah rencana rights issue BTN sebesar Rp1 triliun, serta nilai akuisisi BVS, modal awal BTN Syariah diperkirakan mencapai sekitar Rp6 triliun. Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, menjelaskan bahwa angka tersebut bertujuan untuk memenuhi ketentuan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) II dan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 18% hingga 19%.
Sebelum memutuskan untuk meminang BVS, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) sempat menjadi kandidat kuat sebagai perusahaan cangkang. Kabar mengenai bank syariah tertua di Indonesia ini masuk radar BTN mulai mencuat pada November 2023. Namun, rencana tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, salah satunya karena kondisi BMI yang dinilai “sakit”.
Meskipun demikian, secara aset, BMI jauh lebih besar dibandingkan BVS. Per triwulan I-2025, Bank Muamalat mencatatkan total aset sebesar Rp60,58 triliun, sementara aset BTN Syariah pada periode yang sama mencapai Rp61,19 triliun. Jika akuisisi BMI terealisasi, aset bank umum syariah milik BTN dapat langsung menembus Rp100 triliun.






