Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh dilaporkan telah melumpuhkan produksi garam rakyat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat setidaknya delapan kabupaten mengalami dampak serius, dengan tambak garam terendam dan fasilitas pendukung produksi rusak.
Direktur Sumber Daya Kelautan KKP, Frista Yorhanita, mengungkapkan bahwa pendataan awal menunjukkan kerusakan signifikan di sentra-sentra produksi garam pasca-bencana. “Jadi kami sudah mendata ternyata di Aceh itu ada 8 kabupaten yang terdampak tambak garamnya akibat kejadian musibah banjir kemarin,” ujar Frista dalam konferensi pers di Media Center KKP, Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Delapan kabupaten yang terdampak meliputi Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Utara, Pidie, Pidie Jaya, dan Bireuen. Frista menambahkan, mayoritas tambak garam di wilayah tersebut terendam air. “Jadi mayoritas di kabupaten tersebut seluruh tambak garamnya terendam oleh banjir juga terdapat beberapa kerusakan rumah garam, 50% garam perebusan mengalami kerusakan,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan, Miftahul Huda, menjelaskan bahwa sebagian besar petambak garam di Aceh mengandalkan metode perebusan air laut atau air tua. Metode ini telah mendapat dukungan teknologi dari KKP sejak tahun 2018. “KKP sejak 2018 intervensi dukungan ke Aceh itu dengan tunnel itu beberapa lokasi yang memang bagus. Lokasi bagus ini yang terdampak (bencana),” imbuh Miftahul.
KKP menyatakan akan terus memantau kondisi di lapangan dan tengah menyiapkan langkah-langkah lanjutan untuk mendukung pemulihan produksi garam rakyat di wilayah-wilayah yang terdampak bencana tersebut.






