Regional

Badan Geologi Petakan 27 Kecamatan Bandung Rawan Longsor dan Banjir Bandang

Advertisement

Sejumlah wilayah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, teridentifikasi sebagai zona berpotensi tinggi terjadi gerakan tanah oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pemetaan ini mendeteksi sedikitnya 27 kecamatan masuk kategori potensi menengah hingga tinggi, dengan sebagian area juga berisiko dilanda banjir bandang.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi, Lana Saria, menyatakan bahwa pemetaan ini merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana hidrometeorologi. Peningkatan intensitas curah hujan menjadi pemicu utama kewaspadaan terhadap potensi bencana tersebut.

“Wilayah dengan potensi gerakan tanah ini perlu mendapat perhatian serius, terutama saat curah hujan di atas normal. Lereng-lereng yang telah mengalami gangguan berpotensi mengalami longsor, bahkan longsoran lama bisa aktif kembali,” kata Lana melalui keterangan tertulis, Senin (8/12/2025).

Kecamatan Berisiko Gerakan Tanah

Sebanyak 27 kecamatan masuk dalam zona potensi menengah hingga tinggi gerakan tanah. Beberapa di antaranya adalah Arjasari, Baleendah, Banjaran, Cangkuang, Cicalengka, Cikancung, Cilengkrang, Cileunyi, Cimaung, Cimenyan, Ciparay, Ciwidey, Ibun, Kertasari, Kutawaringin, Margaasih, Nagreg, Pacet, Pameungpeuk, Pangalengan, Paseh, Pasirjambu, Rancabali, dan Soreang. Kecamatan Majalaya tercatat masuk dalam kategori potensi menengah.

Selain itu, Badan Geologi juga mencatat potensi banjir bandang dan aliran bahan rombakan di sejumlah wilayah. Area yang paling berisiko meliputi Arjasari, Banjaran, Cangkuang, Cimaung, Cimenyan, Ciwidey, Ibun, Kertasari, Majalaya, Pasirjambu, Rancabali, dan Soreang.

Potensi Gerakan Tanah Berdasarkan Tingkat Risiko

Lana Saria menjelaskan perbedaan tingkat potensi gerakan tanah. Zona potensi menengah berarti wilayah tersebut dapat mengalami gerakan tanah jika dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi. Area yang rentan meliputi sekitar lembah sungai, tebing jalan, gawir, dan lereng yang tidak stabil.

“Adapun zona potensi tinggi memiliki risiko lebih besar karena pergerakan tanah dapat terjadi lebih cepat dan longsoran lama berpotensi aktif kembali,” ujarnya.

Advertisement

Rekomendasi Mitigasi dan Peringatan

Badan Geologi memberikan rekomendasi penting bagi tim gabungan pencarian dan pertolongan (SAR) untuk memprioritaskan keselamatan personel. Petugas diminta menghentikan aktivitas pencarian saat hujan deras atau sesaat setelahnya, mengingat potensi longsor susulan di lereng sekitar.

Untuk rumah warga yang mengalami kerusakan berat akibat tertimbun material longsor, Badan Geologi merekomendasikan relokasi permanen ke lokasi yang dinilai aman dari ancaman gerakan tanah. Pemerintah daerah didorong untuk memasang rambu-rambu peringatan rawan longsor serta menyiapkan jalur evakuasi di area terdampak.

“Patuhi seluruh arahan petugas dan lakukan pemantauan rutin agar potensi gerakan tanah dapat terdeteksi lebih dini,” kata Lana.

Kasus Longsor di Arjasari

Sebelumnya, bencana longsor terjadi di Kecamatan Arjasari pada Jumat lalu. Peristiwa ini menyebabkan lima rumah rusak berat dan berdampak pada sekitar 100 rumah lainnya. Satu korban, Ramdan (15), berhasil diselamatkan dan kini menjalani perawatan di RS Nambo akibat luka di bagian kepala.

Tiga korban lainnya, Aisyah (70), Citra (19), dan Alfa (15), masih dalam status pencarian oleh tim SAR.

Advertisement