Pemerintah Didesak Segera Berikan Booster Kedua

oleh
oleh

JAKARTA, MUREKS.CO.ID – Pandemi Covid-19 belum usai Pemerintah Didesak Segera Berikan Booster Kedua. Mutasi SARS-Cov-2 terus bertambah. Perkembangan ini dikhawatirkan turut mempengaruhi efikasi vaksin Covid-19 yang lampau.

Oleh karenanya, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, vaksin dosis ketiga atau booster pertama saja belum cukup. Pemerintah perlu segera menggelar program vaksinasi dosis keempat atau booster kedua.

BACA JUGA : Ini Foto Jenazah Brigadir J Saat Otopsi,  Keluarga : Sedih Nian Lah Kami Nak

”Perlu ada dosis keempat, terutama untuk kelompok berisiko tinggi,” ujarnya, kemarin (27/7).

Menurutnya, ada tiga kelompok yang masuk golongan berisiko tinggi. Pertama, berisiko tinggi karena kondisi tubuh. Kelompok ini mencakup lansia, komorbid, dan disabilitas. Kedua, kelompok berisiko tinggi dari sisi pekerjaan. Yakni, mereka yang berhubungan dengan masyarakat seperti tenaga kesehatan, pelayan publik, guru, hingga petugas pintu masuk negara. Terakhir, orang-orang yang selama ini termarjinalkan karena kondisi sosial ekonomi.

”Nah tentu karena keterbatasan jumlah vaksin dan vaksinator, dua pertama yang harus diutamakan,” ungkapnya.

BACA JUGA : Mau Tahu 10 Universitas dengan Jurusan Manajemen Terbaik di Indonesia? Berikut Daftarnya

Dia menegaskan, kelompok risiko tinggi ini wajib didahulukan karena vaksin dosis ketiga yang diterima sudah melebihi masa proteksinya. Yaitu, empat bulan sejak divaksinasi.

”Proteksinya menurun sekali dan bisa dibawah 50 persen. Itu berbahaya,” sambungnya.

Padahal, lanjut dia, data terbaru mengenai subvarian BA.5 menunjukkan adanya kenaikan jumlah orang yang harus dirawat di rumah sakit akibat infeksi subvarian tersebut. bila dibandingkan dengan sub variant BA.2, kenaikan terjadi hingga 3 kali lipatnya. Bahkan, sub variant ini meningkatkan resiko reinfeksi.

Memang, pada orang yang sudah booster, khususnya dosis ketiga dan keempat reinfeksi menurun. Namun, itu pun dengan catatan, dosis ketiga masih berada di durasi proteksi.

”Keparahannya sudah di atas delta, jika orang tidak booster keempat,” jelasnya.

BACA JUGA : SD Negeri Ini Tak Dapat Siswa Baru Sama Sekali

Bukan hanya keparahan, menurut dia, negara akan mengalami kesulitan jika kelompok berisiko tinggi ini tidak terproteksi. Kondisi ini juga bakal berdampak pada pelayanan publik karena tenaga pelayanan publik terpapar.

Diakuinya, banyak negara tidak menerapkan komunikasi risiko yang efektif dan konsisten, yang akhirnya membuat masyarakat tak lagi percaya Covid-19 masih ada. Sehingga, kecenderungan orang mencari vaksin booster menurun. Bahkan, protokol kesehatan tak lagi diterapkan secara ketat. Artinya, risiko paparan Covid-19 bisa kembali tinggi. (mia/jpg/*)