Bukan Hanya Sekolah Daerah Terpencil Tak Ada Siswa Baru, SMA Negeri di Lubuklinggau Cuma Dapat 20 Siswa

oleh
oleh

MUREKS.CO.ID – Sekolah tanpa ada siswa baru karena tidk ada yang mendaftar seperti halnya SDN 2 Gembong, Desa Gembong, Kecamatan Arjosari, Pacitan, Jawa Timur ternyata terjadi juga di Kota Lubuklinggau. Bahkan kondisi ini bisa dibilang miris karena jika sekolah di pulau Jawa tidak ada siswa baru karena lokasi yang terpencil atau terletak di daerah pegunungan, kalau di Lubuklinggau terjadi pada sekolah setingkat SMA negeri yang berada di perkotaan serta mudh dijangkau.

Lebih mirisnya lagi bukan satu tapi ada 3 SMA Negeri yang kekurangan siswa pada awal tahun pelajaran ini. Ketiganya yakni SMAN 7 Lubuklinggau, SMAN 8 Lubuklinggau dan SMAN 9.

Seperti halnya disampaikan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kota Lubuklinggau, Agustunizar. Diungkapkannya, hal ini terjadi karena ada sekolah yang menerima siswa melebihi kuota.

BACA JUGA : SD Negeri Ini Tak Dapat Siswa Baru Sama Sekali

“Ya, saya tegaskan lagi banyak SMA negeri menerima siswa baru melebihi kuota. Dampaknya, sekolah pinggiran seperti SMAN 7 Lubuklinggau hanya dapat 20 siswa baru. SMAN 9 dan SMAN 8 juga demikian. Minim siswa,” tutur Agustunizar, yang juga Kepala SMAN 7 Lubuklinggau, Rabu (20/7/2022).

Sekolah pinggiran minim siswa bukan karena tak berkualitas. Agustunizar memastikan sarana prasarana, SDM guru, juga kurikulum yang diterapkan sekolah pinggiran ini bermutu juga.

“Yang membuat kami miris, sudah jelas siswa baru daftar ke sekolah kami, tiba-tiba mundur, katanya karena masih bisa masuk di SMAN A dan sebagainya. Jadi kami bingung, siapa sekarang yang bisa komitmen mengawasi PPDB SMA negeri ini,” ungkap Agustunizar.

BACA JUGA : Matsama MAN 1 Lubuklinggau – Spesial Dihadiri Dandim, Kapolres dan Walikota

Agus yang pernah memimpin SMAN 6 Lubuklinggau dan SMAN 5 Lubuklinggau itu menegaskan, saat ia memimpin sekolah besar, ia memegang komitmen tidak menambah jumlah rombel diluar dari kesepakatan yang telah disampaikan ke Dinas Pendidikan.

“Sekarang ini kan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, jadi mungkin karena jauh, agak sulit mengawasi PPDB di SMA Kota Lubuklinggau,” tuturnya.

Akibat minim siswa, jika dikalkulasi peserta didik SMAN 7 Lubuklinggau saat ini tinggal 100 orang, jumlah dari siswa kelas X, XI dan XI.

“Jumlah guru kami puluhan, baik PNS, PPPK, maupun Honorer. Akibatnya, ada lima guru PNS dan dua guru PPPK yang tidak dapat jam pelajaran,” kata Agus.

BACA JUGA : Bersaing dengan Atlet Internasional, Ade Setian Mampu Raih Peringkat Empat Kejurnas MTB Banyuwangi

“Mereka nangis menghadap saya, bagaimana situasinya begini. Saya ngga bisa berbuat banyak. Mereka mau mengabdi. Tapi siswanya tidak ada,” ia mengatakan.

“Yang guru sertifikasi, mau memenuhi 18 jam mengajar di SMAN 7 Lubuklinggau tidak bisa. Padahal untuk bisa dapat tunjangan sertifikasi, minimal mengampu 18 jam mengajar di sekolah induk. Selebihnya untuk memenuhi 24 jam kewajiban mengajar, boleh ke luar sekolah lain,” tambah Agus.

“Tapi bagaimana dengan kondisi siswa minim. Mau mendapat tugas 18 jam mengajar sulit. Tunjangan sertifikasi lewat, sementara guru kami juga banyak kebutuhan. Anak kuliah dan sebagainya. Kami harap Dinas Pendidikan Sumsel memahami situasi ini,” ungkapnya.

Agustunizar berharap, SMA negeri di Lubuklinggau mulai memperbesar empati. Jangan karena banyak peminat, semua ditampung. Padahal kuota jelas sudah ada.

“Jangan sampai ada SMA negeri tutup atau jadi lokal jauh gara-gara ngga ada siswanya. Sebab kami setiap bulan ada atau tak ada siswa, SMAN 7 harus mengeluarkan dana operasional sampai Rp 25 juta. Sementara dana BOS dari 100 anak dikalikan Rp 1.500.000 per tahun. Apa cukup. Bisa saja jadi lokal jauh, “ ungkapnya.(lik/lipos/*)

Editor : Panca Riatno