Desa Nauli Sitahuis di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, kini terisolasi total menyusul banjir dan longsor yang melanda sejak Senin (24/11/2025). Akses darat menuju desa tersebut lumpuh total, memaksa bantuan logistik dikirim melalui udara.
Upaya pengiriman bantuan melalui udara telah dilakukan oleh Polda Sumatera Utara pada Minggu (7/12/2025). Kombes Pol Yudhi Surya Markus Pinem, yang memimpin distribusi, menyatakan bahwa pengiriman lewat udara menjadi satu-satunya opsi yang memungkinkan. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan dilalui kendaraan darat menjadi alasan utama.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
“Longsoran yang menutup badan jalan itu tidak mungkin dilalui untuk sementara waktu. Karena kondisi tersebut belum memungkinkan, pengiriman bantuan hanya dapat dilakukan melalui airdrop,” ujar Yudhi dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/12/2025).
Pantauan Udara Ungkap Lebih 10 Titik Longsor
Dari hasil pemantauan udara, tampak lebih dari sepuluh titik longsor yang belum tertangani mengepung Desa Nauli Sitahuis. Kondisi ini menyebabkan akses darat menuju lokasi belum dapat dibuka sama sekali.
“Saat ini satu-satunya opsi pengiriman logistik adalah melalui udara. Bantuan tersebut diarahkan langsung ke Desa Nauli Sitahui maupun wilayah sekitar yang juga terisolir,” ungkapnya.
Pada hari Minggu lalu, pihaknya berhasil menurunkan bantuan seberat 300 kilogram. Bantuan tersebut terdiri dari kebutuhan pokok seperti beras, mi instan, minyak goreng, dan gula. Yudhi memastikan pemberian bantuan akan terus dilakukan secara berkelanjutan hingga situasi di desa kembali normal dan akses jalan dapat dibersihkan.
Dampak Banjir dan Longsor di Sumut
Banjir dan longsor menerjang 18 kabupaten/kota di Sumatera Utara sejak Senin (24/11/2025). Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara per Senin (8/12/2025) pukul 08.00 WIB mencatat jumlah korban meninggal sebanyak 338 jiwa, 138 hilang, 650 terluka, dan 42.686 mengungsi.
Kabupaten Tapanuli Tengah menjadi lokasi terparah dengan catatan 110 korban meninggal, 94 hilang, dan 524 luka-luka. Disusul Kabupaten Tapanuli Selatan dengan 85 korban meninggal, 30 hilang, dan 69 luka-luka.






