Teknologi

Samsung Dikabarkan Rugi Jual Galaxy Z TriFold, Harga Selangit Tak Tutupi Biaya Produksi

Samsung baru saja meluncurkan Galaxy Z TriFold, ponsel lipat tiga pertama yang digadang-gadang sebagai terobosan di industri smartphone. Namun, di balik inovasi dan harga jualnya yang mencapai puluhan juta rupiah, muncul laporan mengejutkan bahwa Samsung dikabarkan merugi untuk setiap unit yang terjual.

Laporan tersebut diungkap oleh media Korea Selatan The Bell pada Selasa, 30 Desember 2025. Disebutkan bahwa biaya produksi Galaxy Z TriFold lebih tinggi dibandingkan harga jualnya di pasar domestik. Kondisi ini memicu pertanyaan besar di kalangan pengamat industri mengenai strategi bisnis Samsung.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Biaya Produksi Lampaui Harga Jual

Di Korea Selatan, Galaxy Z TriFold dilaporkan dijual dengan harga sekitar USD 2.440, atau setara dengan Rp 40 jutaan. Angka ini tergolong sangat tinggi untuk sebuah smartphone. Namun, menurut The Bell, biaya produksi perangkat ini melampaui harga jual tersebut.

Situasi ini cukup kontras dengan strategi Samsung selama ini yang dikenal piawai menekan biaya komponen demi menjaga margin keuntungan, termasuk dengan menyesuaikan spesifikasi hardware. Pada Galaxy Z TriFold, Samsung tampaknya memilih jalur berbeda dengan memprioritaskan inovasi teknologi dibandingkan efisiensi biaya.

Salah satu kunci memahami strategi ini adalah posisi Galaxy Z TriFold itu sendiri. Perangkat ini bukan produk massal yang ditargetkan untuk penjualan volume besar. Samsung hanya menjualnya secara terbatas di beberapa pasar tertentu.

Galaxy Z TriFold lebih berperan sebagai technology showcase atau demonstrasi kemampuan teknis Samsung di segmen foldable. Dengan kata lain, tujuan utamanya bukan mengejar keuntungan langsung, melainkan memperkuat citra sebagai pemimpin inovasi ponsel lipat di pasar global.

Namun, yang menarik, harga Galaxy Z TriFold di luar Korea Selatan justru lebih tinggi. Di Uni Emirat Arab (UAE), misalnya, perangkat ini dilaporkan dijual dengan harga sekitar USD 3.260. Perbedaan harga ini memunculkan dugaan bahwa Samsung melakukan subsidi silang, di mana harga yang lebih tinggi di pasar tertentu digunakan untuk menutup sebagian kerugian dari penjualan di pasar domestik Korea Selatan. Strategi semacam ini bukan hal baru di industri teknologi, terutama untuk produk eksperimental dengan volume terbatas.

Dampak ke Galaxy S26 dan Biaya Komponen

Laporan The Bell juga menyoroti tantangan Samsung ke depan, khususnya dalam menentukan harga seri Galaxy S26. Biaya komponen utama dilaporkan mengalami kenaikan signifikan, mulai dari memori, panel OLED, hingga modul kamera.

Selain itu, strategi penggunaan prosesor turut memengaruhi struktur biaya. Samsung diperkirakan akan menggunakan kombinasi chipset Snapdragon dari Qualcomm dan Exynos buatan sendiri. Namun, Snapdragon disebut akan mendominasi hingga 75 persen produksi Galaxy S26.

Masalahnya, chipset Snapdragon memiliki harga lebih mahal dibandingkan Exynos dengan performa setara. Ketergantungan yang lebih besar pada Snapdragon berpotensi menekan margin keuntungan Samsung di lini flagship reguler.

Para pengamat industri memprediksi bahwa jika Samsung tidak segera menemukan cara untuk menekan biaya produksi, harga penerus Galaxy S25 kemungkinan besar akan mengalami kenaikan signifikan saat diluncurkan nanti. Analis industri kini menunggu langkah Samsung selanjutnya, terutama dalam menyeimbangkan inovasi, biaya produksi, dan strategi harga pada peluncuran Galaxy S26 mendatang.

Mureks