Berita

Plt Sekjen MPR Ziarahi Makam Cut Nyak Dien, Kenang Perjuangan Sang Pahlawan Perempuan

Advertisement

SUMEDANG, JAWA BARAT – Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah, bersama Sekretaris Daerah Pemkab Sumedang, Tuti Ruswati, melakukan ziarah ke makam Cut Nyak Dien yang berlokasi di Kompleks Pemakaman Gunung Puyuh, Sumedang. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Cut Nyak Dien ‘Nada dan Doa, Spirit Cut Nyak Dien untuk Indonesia’, sebuah kolaborasi antara MPR RI dan Pemerintah Kabupaten Sumedang.

Sebelum memanjatkan doa, Siti Fauziah mendengarkan penjelasan dari juru kunci makam mengenai sejarah Cut Nyak Dien, pahlawan nasional kelahiran Aceh yang akhirnya dimakamkan di Sumedang.

Cut Nyak Dien lahir di Aceh pada tahun 1848. Sepanjang hidupnya, ia berjuang bersama suaminya, Teuku Umar, dalam perang gerilya melawan penjajahan Belanda di Aceh. Setelah Teuku Umar wafat, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan hingga akhirnya ditawan oleh Belanda pada 6 November 1905.

Pada tahun 1906, dalam kondisi sakit dan penglihatan yang menurun, Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Ia diserahkan kepada Bupati Sumedang saat itu, Pangeran Aria Soeryaatmadja. Karena keterbatasan bahasa, Bupati Sumedang meminta bantuan Imam Besar Masjid Agung Sumedang, K.H. Sanusi, untuk merawat Cut Nyak Dien. Perawatan intensif diberikan, terutama oleh cucu K.H. Sanusi, Siti Hodijah, yang memperhatikan kebutuhan sehari-hari dan kesehatannya. Pangeran Aria Soeryaatmadja kemudian memberikan gelar “Ibu Ratu” kepada Cut Nyak Dien.

Selama tinggal di rumah K.H. Sanusi, Cut Nyak Dien aktif mengajar ilmu agama dan mengaji kepada anak-anak serta masyarakat sekitar. Setelah K.H. Sanusi wafat pada tahun 1907, perawatan Cut Nyak Dien dilanjutkan oleh putranya, H. Hoesna. Kondisi kesehatannya terus menurun hingga ia wafat pada usia 60 tahun, tepatnya pada 6 November 1908. Ia kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga K.H. Sanusi.

Advertisement

Usai berziarah, Siti Fauziah mengungkapkan rasa bangganya atas perjuangan Cut Nyak Dien yang gigih melawan penjajah Belanda. “Kita, para wanita dan srikandi ini sangat bangga terhadap perjuangan Cut Nyak Dien. Dengan ziarah ini kita mengenang beliau. Cut Nyak Dien adalah panutan bagi kita dalam menjalankan keseharian kita,” ujar Siti dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (13/12/2025).

Siti menambahkan bahwa Sumedang memiliki kebanggaan tersendiri karena menjadi tempat peristirahatan terakhir Cut Nyak Dien. “Sumedang menjadi daerah yang dipilih Cut Nyak Dien, dan ini merupakan satu kebanggaan,” ungkapnya.

Setelah kegiatan ziarah, Siti Fauziah turut menyaksikan gelar ‘Ekosistem Budaya Kasumedangan’ di Mini Amphitheater Geo Theater Rancakalong. Pagelaran ini menampilkan berbagai kesenian tradisional Sumedang dan disaksikan oleh para pelajar sekolah dasar hingga menengah pertama.

Dalam pesannya, Siti menekankan pentingnya melestarikan budaya daerah. “Gelar kesenian tradisional Sumedang ini bisa menginspirasi supaya bisa lebih memperkenalkan budaya daerah Sumedang,” ucapnya. Ia menambahkan, “Panggungnya sudah ada, dan jangan disia-siakan.”

Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.

Advertisement