Teknologi

Peringatan Google: Lebih dari Satu Miliar Pengguna Android Terancam Serangan Siber Global Akibat OS Usang

Lebih dari satu miliar pengguna ponsel Android di seluruh dunia kini berada dalam pusaran ancaman siber serius. Kondisi ini dipicu oleh banyaknya perangkat yang masih menjalankan versi sistem operasi lama, yang dipastikan tidak akan lagi menerima pembaruan keamanan krusial untuk menghadapi serangan siber terbaru.

Menurut data dari StatCounter, lebih dari 30 persen ponsel Android secara global tercatat masih menggunakan Android 13 atau versi yang lebih lawas. Angka ini menempatkan sekitar satu miliar pengguna dalam posisi yang sangat rentan terhadap eksploitasi celah keamanan yang terus bermunculan.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Google Peringatkan Celah Keamanan Kritis yang Dieksploitasi

Situasi ini semakin mendesak setelah Google mengeluarkan peringatan terkait serangan siber yang mulai mengeksploitasi celah pada sistem Android. Dua kerentanan utama, yakni CVE-2025-48633 dan CVE-2025-48572, dilaporkan telah dimanfaatkan dalam beberapa kasus serangan.

Sebagai informasi, CVE-2025-48633 merupakan celah pengungkapan informasi pada Android Framework yang memungkinkan peretas mengakses data terlarang. Sementara itu, CVE-2025-48572 adalah kerentanan peningkatan hak akses yang dapat memberikan kendali sistem lebih dalam kepada aplikasi berbahaya.

Google telah merilis perbaikan untuk celah-celah tersebut, namun pembaruan ini terbatas hanya untuk pengguna Android 13, 14, 15, dan 16. Bagi miliaran pengguna pada versi di bawahnya, perbaikan keamanan tersebut dipastikan tidak akan pernah tiba, meninggalkan mereka tanpa perlindungan terhadap ancaman ini.

Fragmentasi OS dan Distribusi Pembaruan yang Lambat Jadi Kendala

Spesialis keamanan seluler Zimperium memperingatkan bahwa fragmentasi sistem operasi (OS) ini adalah masalah kronis. Pada periode tertentu, lebih dari 50 persen perangkat seluler di seluruh dunia menjalankan versi OS yang sudah kedaluwarsa dan berisiko tinggi terinfeksi malware.

Kesenjangan keamanan ini makin terlihat jika dibandingkan dengan ekosistem rivalnya. Sekitar 90 persen pengguna iPhone saat ini menjalankan versi sistem operasi terbaru yang didukung penuh oleh Apple dengan pembaruan serentak, menawarkan tingkat keamanan yang lebih konsisten.

Selain masalah dukungan versi, kecepatan distribusi patch oleh produsen perangkat (Original Equipment Manufacturer/OEM) juga menjadi kendala signifikan. Proses integrasi yang memakan waktu lama membuat perangkat yang masih didukung pun tetap berada dalam zona risiko untuk beberapa waktu.

Analisis dari Security Boulevard menunjukkan bahwa distribusi yang bertahap ini menciptakan pola yang tidak nyaman bagi dunia bisnis. Kerentanan yang sudah didokumentasikan tetap dapat dieksploitasi pada jutaan perangkat hingga pembaruan benar-benar tersebar luas.

Solusi Terbatas untuk Miliaran Pengguna yang Rentan

Sebagai langkah perlindungan tambahan, Google memperkenalkan fitur Advanced Protection Mode. Fitur ini diklaim sebagai pertahanan paling kuat untuk melindungi ponsel dari pencurian, penipuan, hingga serangan siber tingkat tinggi.

Namun, fitur perlindungan tingkat lanjut ini tidak aktif secara otomatis dan hanya tersedia bagi pengguna yang telah melakukan peningkatan ke sistem operasi terbaru. Hal ini kembali meninggalkan satu miliar pengguna sistem operasi yang lama tanpa proteksi tambahan tersebut, memperparah kerentanan mereka di tengah gelombang serangan siber yang kian masif.

Mureks